TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo optimistis pertumbuhan kredit Bank Mandiri akan mencapai 13 persen tahun ini. Pada 2016 lalu, menurut Tiko, sapaan akrab Kartika, pertumbuhan kredit Bank Mandiri mencapai 10,67 persen.
"Kalau market 11-12 persen, kami bisa di atas market sekitar 1-2 persen," kata Tiko saat ditemui seusai acara Mandiri Investment Forum 2017 di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 8 Februari 2017.
Tiko menganggap target itu realistis karena likuiditas Bank Mandiri memadai. Pada akhir 2016, Bank Mandiri mendapat dana repatriasi dari program amnesti pajak hingga Rp 30 triliun. "Masih banyak diparkir di tabungan atau deposito. Mungkin Maret ini mereka baru mencari obyek investasi," katanya.
Menurut Tiko, nasabah yang merepatriasi dananya memiliki beberapa pilihan instrumen investasi, baik surat utang, properti, ataupun investasi di perusahaan mereka sendiri. "Kebanyakan nasabah kita masih menimbang yield mana yang paling menarik, terutama dolar yang pilihannya tidak terlalu banyak," ucapnya.
Tiko memperkirakan penyaluran kredit bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan meningkat tahun ini. Pertumbuhan kredit di sektor infrastruktur pun, menurut dia, akan semakin besar. "Tapi kita bagi. Tidak mungkin semua uang masuk ke sektor infrastruktur," ujarnya.
Bank Mandiri juga akan mendorong kredit di sektor consumer. Tiko menyatakan selama ini utang rumah tangga Indonesia masih di bawah Malaysia dan Korea Selatan. "Indonesia sekarang baru mulai budaya kredit mobil, kredit multi guna, dan lain-lain. Kalau didorong, kapasitas consumer spending akan cukup besar," tuturnya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI