TEMPO.CO, Jakarta - Pada hari valentine, cinta selalu menjadi topik utama untuk dibicarakan. Dari dunia penelitian, banyak temuan yang bisa dikedepankan mengenai cinta dan perkawinan.
Penelitian terbaru menemukan bahwa orang yang menikah lebih sehat daripada mereka yang lajang, cerai, atau janda. Para peneliti dari Universitas Carnegie Mellon menemukan bukti biologis bahwa pernikahan mempengaruhi kesehatan.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di Psychoneuroendocrinology, bulan ini, mereka yang menikah memiliki hormon kortisol—hormon stres—lebih rendah daripada mereka yang tidak pernah atau sebelumnya menikah.
Penemuan ini mendukung kepercayaan bahwa orang yang tidak menikah cenderung mengalami stres daripada mereka yang memiliki rumah tangga. Stres berkepanjangan akan menghasilkan banyak hormon kortisol dalam tubuh yang dapat mengganggu proses penyembuhan penyakit.
Selama tiga hari, peneliti mengumpulkan sampel air liur dari 527 peserta berusia 21–55 tahun yang sehat untuk diperiksa kadar kortisolnya.
Hasilnya, peserta yang menikah memiliki kadar kortisol lebih rendah daripada peserta yang belum atau pernah menikah.
Umumnya, kadar kortisol meninggi sesaat setelah kita bangun tidur dan menurun seiring dengan berjalannya hari. Mereka yang menikah mengalami penurunan kadar kortisol lebih cepat, sehingga risiko untuk terkena penyakit jantung lebih rendah dan memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit kanker.
”Penemuan ini membuktikan bahwa hubungan intim dapat berpengaruh terhadap tubuh dan kesehatan,” kata kepala laboratorium dan salah satu peneliti, Sheldon Cohen.
SCIENCE DAILY | ZARA AMELIA | NS