Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Hutan yang Diserahkan kepada Masyarakat

image-gnews
Petani menyadap aren di di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. (ist/Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan)
Petani menyadap aren di di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. (ist/Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tamrin Haji Tama, 46 tahun, mengaduk adonan gula aren di wajan besar sekuat tenaga, Rabu, dua pekan lalu. Ia harus bergegas menyelesaikan tugasnya itu karena sebentar lagi magrib. Sesekali dia bergantian dengan Takyn, kawannya.

“Adonan ini harus didinginkan dulu semalam agar bisa diproses besok,” kata Tamrin, kepala kelompok tani hutan Buhung Lali, kepada Tempo di rumah produksi gula aren, awal bulan ini. Kelompok tani ini berada di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Buhung Lali adalah mata air yang ada di desa tersebut. Kelompok tani ini diberi nama demikian, kata Tamrin, dengan harapan bisa menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat.

Menurut Tamrin, pohon aren tumbuh subur di desanya di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Karena itu, dia dan warga desa memanfaatkan pohon tersebut. Mereka mengembangkan usaha gula aren, yang lebih dikenal sebagai gula semut, sejak 2008.

Saat itu, kawasan hutan di sekitar desa mereka masih berstatus hutan lindung. Jadi, Tamrin dan warga desa tidak bisa mengambil nira seenaknya. Barulah pada Juli 2011, saat hutan di kawasan Gantarang mendapat status hutan kemasyarakatan, mereka mengajukan permohonan izin memanfaatkan sumber daya hutan. Izin keluar pada November 2011 untuk pengelolaan 78 hektare hutan selama 35 tahun.

“Diberikan agar warga memanfaatkan hutan sekaligus menjaganya,” kata Sukardi, Kepala Seksi Penyiapan Hutan Kemasyarakatan Wilayah II Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Meski dirancang untuk memberdayakan masyarakat, hutan kemasyarakatan juga bisa dianggap sebagai alat untuk menyelesaikan konflik tenurial (lahan) hutan. Ini seperti yang terjadi dalam kelompok tani Borong Rappoa, Kecamatan Kindang, Bulukumba.

Apa pun tujuannya, toh, Tamrin dan kelompok tani di desanya merasa sangat terbantu dengan terbitnya izin ini. “Aren di sini berlimpah, sayang kalau tidak dimanfaatkan,” kata dia.

Getah nira, yang digunakan sebagai bagai bahan dasar gula aren, di Bukit Harapan biasanya siap dipanen pada musim kemarau. Namun jangan sekali-kali langsung memotongnya kalau tak mau kena semprot warga. “Ada cara khusus. Harus di-toki-toki dahulu,” ujar Tamrin menjelaskan.

Toki-toki alias diketuk-ketuk dengan lembut adalah cara untuk mengumpulkan getah di ujung buah nira. Setelah beberapa menit, ujung buah dipotong supaya getah keluar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kini, produksi gula semut kelompok tani Buhung Lali sudah mencapai 300 kilogram per bulan. Per kilogram dijual dengan harga Rp 20 ribu di pasar tradisional dan minimarket. Keuntungan rata-rata yang mereka dapatkan per bulan bisa mencapai Rp 3 juta.

“Karena kami juga mendirikan koperasi, jadi hasilnya dibagi rata atau sebagai modal selanjutnya,” kata Tamrin.

Anggota kelompok tani kini sudah berlipat. Dari yang semula hanya 49 orang, sekarang sudah ada 109 orang.

Pada 2015, pola pengelolaan hutan kemasyarakatan di sini diganjar gelar juara 1 Lomba Hutan Kemasyarakatan Nasional. Presiden Joko Widodo secara langsung menyerahkan penghargaan tersebut.

Sedangkan tahun lalu, kelompok tani Buhung Lali mendapat hadiah dari pemerintah Bulukumba berupa rumah produksi seluas 135 meter persegi. Di dalamnya juga dibangun tiga tungku perapian yang bisa memuat wajan berkapasitas 50 liter.

Tamrin menjelaskan, 1,7 kilogram gula semut bisa dihasilkan dari wajan 10 liter. Artinya, dengan tambahan tiga tungku tersebut, mereka bisa meningkatkan produksi hingga 25,5 kilogram gula per hari.

“Setidaknya mereka tidak merambah atau membakar hutan,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bulukumba Misbawati Andi Wawo.

Api sudah berhenti menjilati tungku. Tamrin memindahkan adonan gula di wajan di dalam ruangan. “Supaya besok bisa langsung diproses menjadi bubuk.”

AMRI M.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

 Presiden RI Joko Widodo menyampaikan sambutan saat menghadiri Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Medan, Sumatra Utara, Sabtu 19 Agustus 2023. ANTARA/Gilang Galiartha
Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik


Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.


Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Demonstran Anti Globalisasi berdemonstrasi menentang pertemuan World Economy Forum di Jenewa, (1/2).  AFP PHOTO / NICHOLAS RATZENBOECK
Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.


Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Tangkapan layar - Presiden Jokowi saat menghadiri Peringatan HUT ke 77 PGRI dan Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 3 Desember 2022. ANTARA/Indra Arief Pribadi)
Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi


Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.


BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan penganugerahan Habibie Prize 2022, yang bekerja sama dengan Yayasan SDM-IPTEK, pada Kamis, 10 November 2022. (Tangkapan layar YouTube/BRIN)
BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.


Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.


Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.


Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia | Source foto: freepik
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia