TEMPO.CO, Jakarta - Presiden RI Keenam Susilo Bambang Yudhoyono sudah memperkirakan munculnya gerakan politik untuk menjatuhkan dia sejak dua bulan lalu. SBY pun menyebut pernyataan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi terencana matang, dan direstui aktor politik.
Baca juga:
SBY Minta Penegak Hukum Buka Lagi Kasus Antasari Azhar
Laporkan Antasari, Tim Kuasa Hukum SBY Datangi Bareskrim
Menurut SBY, serangan bertubi dalam konteks politik tersebut muncul sejak November 2016 lalu, tak lama setelah anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono mencalonkan diri dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta.
"Terus terang bulan-bulan terakhir banyak yang tidak berani bertemu saya, menerima telepon saya pun menghindar, takut disadap atau ikut-ikutan susah," kata SBY saat jumpa pers di kediamanya, Jalan Mega Kuningan Timur VII, Bilangan Kuningan, Jakarta Pusat, Selasa, 14 Februari 2017.
Tudingan yang diungkapkan oleh Antasari, kata dia, ditujukan untuk menjatuhkan Agus di detik akhir menjelang pemungutan suara Pilkada DKI. "I have to say politik ini kasar. Sepertinya kekuasaan bisa berbuat apa saja.”
Nama SBY memang dikait-kaitkan dengan sejumlah isu besar yang terjadi pada akhir 2016, maupun awal 2017. Dia sempat angkat bicara soal hilangnya dokumen penyelidikan Tim Pencari Fakta kasus kematian aktivis HAM Munir Said Thalib. Dia kembali “turun gunung” dan menghadap pers karena sempat dikait-kaitkan dengan demonstrasi 4 November.
Nama SBY juga yang muncul di persidangan kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama. Ahok, nama panggilan Basuki, dan kuasa hukumnya menduga bahwa pendapat dan sikap keagamaan yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia terkait penistaan agama pada 11 Oktober 2016 dibuat tergesa-gesa lantaran adanya permintaan dari SBY. Ketua Umum Partai Demokrat itu pun bereaksi, dan memprotes karena pembicaraannya dengan Ketua MUI disadap.
Adapun jumpa pers di Mega Kuningan, Selasa malam, dipakai SBY untuk membantah Antasari, yang menyebutnya tahu betul mengenai kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. "Antasari menuduh saya jadi inisiator dari kasus hukumnya seolah dia tak bersalah. Saya sampaikan tuduhan itu tak benar, tanpa dasar," ujar SBY.
Presiden RI dua periode itu pun meminta semua pihak yang terkait penyelidikan pembunuhan Nasrudin, bisa memberi klarifikasi. "Semoga penegak hukum bisa gelar, atau buka kembali kasus Antasari. Bukalah fakta segamblang mungkin. Saya kira para penegak hukum yang menangani kasus itu masih ada," tutur SBY.
YOHANES PASKALIS