TEMPO.CO, PERTH--Setelah dunia dikejutkan oleh pembunuhan Kim Jong-nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, kekhawatiran atas nasib putra Jon-nam pun menyeruak.
Seperti dilansir The Strait Times, Rabu 15 Februari 2017, keberadaan maupun keselamatan Kim Han-sol, 21 tahun, belum diketahui menyusul tewasnya sang ayah karena diracuni dua perempuan yang diduga intelijen Korut di bandara internasional Kuala Lumpur, Malaysia pada Senin lalu.
Baca: Begini Tragisnya Hidup Kim Jong-nam, Abang Tiri Kim Jong-un
Profesor Gordon Flake, Direktur Pusat Perth USAsia di Universitas Western Australia, mengatakan kepada The New Daily bahwa Han-sol dalam bahaya menyusul kematian misterius ayahnya.
“Kim Han-sol dalam waktu dekat bukan ancaman bagi Kim Jong-Un. Tapi dia tetap dalam bahaya,” kata Flake.
Lahir di Pyongyang pada 1995, Kim Han-sol pindah ke Macau mengikuti sang ayah yang dibuang kakeknya sendiri, Kim Jong-il, pada awal 2000-an.
Kim Han-sol merupakan anak dari istri kedua Kim Jong-nam, Lee Hye-kyong. Menurut intelijen Korea Selatan, keluarga Kim Jong-nam dilindungi oleh pemerintah Cina.
Han-sol dan ibunya tinggal di Macau sementara istri pertama ayahnya dan saudara tirinya berada di Beijing.
Pada 2011, United World College (UWC) Mostar, Bosnia, memperpanjang beasiswa untuk Han-sol setelah Hong Kong menolak memberikan visa belajar.
Sekolah ini adalah satu dari 17 kampus UWC di seluruh dunia yang memberi kesempatan bagi anak-anak dari wilayah konflik untuk bersekolah, terutama setelah perang Bosnia pada pertengahan 1990-an.
Kim Han-sol, menurut sejumlah laporan media, kini belajar di Universitas Sciences-Po, Prancis. Seorang pejabat sekolah mengatakan kepada harian Korsel, Hankyoreh: "Han-sol memiliki ketertarikan kepada hubungan internasional dan urusan kemanusiaan."
Dalam wawancara langka dengan televisi Finlandia, YLE pada 2012, pemuda ini secara terbuka mendukung reunifikasi Semenanjung Korea.
"Saya selalu bermimpi suatu saat dapat pulang dan membantu semua menjadi lebih baik bagi rakyat Korea,” kata Han-sol kepada Elisabeth Rehn, bekas wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Muncul dengan kaca mata hitam dan mengenakan dua anting di telinga kirinya, Han-sol terlihat percaya diri dan fasih saat wawancara.
"Saya juga memimpikan reunifikasi karena sangat menyedihkan tak bisa menemui kerabat dan teman di Korea Selatan.”
Seperti dikutip dari laman YLE, Kim Han-sol tidak pernah bertemu dengan sang kakek Kim Jong-il, yang memimpin Korut hingga mangkat pada Desember 2011.
Pamannya, Kim Jong-un, mengambil alih tampuk kepemimpinan pada awal 2012. “Ayah saya tidak tertarik pada politik. Saya tidak tahu mengapa dia (Kim Jong-un) menjadi diktator, itu antara dia dan kakek,”ujar Han-sol yang saat itu masih berusia 17 tahun.
THE STRAITS TIMES | ASIA NEWS NETWORK | THE NEW DAILY | SITA PLANASARI AQUADINI