Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hasil Survei, Orang Indonesia Paling Intoleran dengan LGBT  

Editor

Suseno TNR

image-gnews
Yenny Wahid putri dari Presiden Indonesia ke-4 Abdurrahman Wahid saat menghadiri Haul Gus Dur di Pondok Pesantren Ciganjur, Yayasan Wahid Hasyim, Jakarta (28/12). TEMPO/Nurdiansah
Yenny Wahid putri dari Presiden Indonesia ke-4 Abdurrahman Wahid saat menghadiri Haul Gus Dur di Pondok Pesantren Ciganjur, Yayasan Wahid Hasyim, Jakarta (28/12). TEMPO/Nurdiansah
Iklan

TEMPO.CO, Depok - Direktur Wahid Foundation Zanuba Arifah Chafsoh alias Yenny Wahid mengungkapkan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) menjadi minoritas yang paling tidak disukai di Indonesia. Data tersebut terungkap dari hasil survei Wahid Foundation bersama Lembaga Survei Indonesia pada Maret-April 2016.

"Orang Indonesia paling intoleran sama LGBT," kata Yenny dalam talk show "Bhineka Indonesia: Modal Sosial Bernegara" di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Kamis, 16 Februari 2017.

Yenny mengungkapkan, hasil survei tersebut menunjukkan ada 10 kelompok yang tidak disukai di Indonesia. Selain LGBT yang berada di pucuk dengan jumlah 26,1 persen, secara berurutan kelompok yang tidak disukai tersebut, di antaranya Komunis (16,7), Yahudi (10,7), Kristen (2,2), Syiah (1,3), Wahabi (0,5), Budha (0,4), Cina (0,4), Katolik (0,4) dan Konghucu (0,1).

Adapun data survei intoleransi secara umum menyebutkan 38,7 persen responden menyatakan tidak ada kelompok yang tidak disukai, 59,9 persen menyatakan memiliki kelompok yang tidak disukai, dan sisanya 1,4 persen tidak menjawab.

Yenny menambahkan, mereka yang tidak disukai biasanya tidak mengizinkan keberadaan kelompok tersebut di tempat umum, seperti melakukan pidato atau pawai, tidak bersedia orang tersebut berada di lembaga pendidikan atau mengajar di sekolah negeri, dilarang menjadi pejabat pemerintah, dan tindakan intoleran lainnya. "Bahkan masyarakat Indonesia tidak mau bertetangga dengan kelompok tersebut," ucapnya.

Untuk menangani masalah ini, pemerintah harus menegakkan hukum dan pemantauan peradilan untuk kasus-kasus kekerasan agama, diskriminasi, SARA, dan dukungan bagi pemerintah daerah untuk membuat peraturan daerah guna membangun toleransi dan inklusi sosial. "Tindak tegas pelaku yang menyebar ujaran kebencian," kata Yenny.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Survei tersebut didesain menggunakan multistage random sampling dengan perkiraan margin of error 2,6 persen dan tingkat keyakinan 95 persen. Sampel terdiri dari 1.520 responden di 34 provinsi di Indonesia.

Adapun responden merupakan orang dewasa berusia setidaknya 17 tahun, atau telah menikah, dan tidak kehilangan hak pilihnya dalam pemilihan umum. Meski tren intoleransi cenderung meningkat, hasil survei tersebut menunjukkan toleransi masih tinggi untuk tetap menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pentingnya kebebasan beragama dan demokrasi.

Berdasarkan hasil survei juga terlihat 72 persen menolak tindakan radikal dengan kekerasan atas nama agama serta 88,37 persen menyatakan masyarakat perlu bebas memeluk agama.

Selain itu, hasil survei menunjukkan 65,35 persen negara harus melindungi pemikiran yang berkembang di masyarakat, 82,3 persen menyatakan Pancasila dan UUD sesuai dengan Indonesia, dan 67,3 persen mendukung demokrasi.

IMAM HAMDI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Terbentuknya Jaringan Gusdurian, Merawat Perjuangan dan Pemikiran Gus Dur

30 Oktober 2023

Ilustrasi Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid). (Foto Antara)
Terbentuknya Jaringan Gusdurian, Merawat Perjuangan dan Pemikiran Gus Dur

Simpatisan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang disebut Jaringan Gusdurian banyak dipertimbangkan oleh kandidat capres dalam setiap Pemilu


Profil Yenny Wahid, Sosok yang Diharapkan Nasdem Dipilih Anies Baswedan Jadi Cawapres

25 Juni 2023

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (PP FPTI) Yenny Wahid di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin, 19 September 2022. TEMPO/Lani Diana
Profil Yenny Wahid, Sosok yang Diharapkan Nasdem Dipilih Anies Baswedan Jadi Cawapres

Waketum Partai NasDem Ahmad Ali berharap capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan, akan memilih Yenny Wahid sebagai cawapres.


Profil Yenny Wahid yang Dijagokan PSI Menjadi Cawapres 2024, Apa Lagi Selain Putri Gus Dur?

7 Oktober 2022

Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid Mengecam Rencana Pencaplokan Israel terhadap Wilayah Palestina.
Profil Yenny Wahid yang Dijagokan PSI Menjadi Cawapres 2024, Apa Lagi Selain Putri Gus Dur?

PSI menjagokan Yenny Wahid sebagai calon wakil presiden 2024. Begini profil putri Gus Dur yang pernah menjadi Komisaris Garuda Indonesia ini.


Bima Arya Bantah Kasus GKI Yasmin Jadi Preseden Buruk Korban Intoleransi

17 Juni 2021

Sejumlah jemaat GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi melakukan ibadah Misa Natal di Taman Pandang Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 25 Desember 2019. Ibadah ini mengangkat tema
Bima Arya Bantah Kasus GKI Yasmin Jadi Preseden Buruk Korban Intoleransi

Dalam penyelesaian kasus GKI Yasmin, Bima Arya menyebut ada 30 kali pertemuan formal dan 100 perundingan informal untuk mencapai kata sepakat.


Sengkarut GKI Yasmin, Bima Arya: Kayak Kerikil dalam Sepatu

16 Juni 2021

Direktur Nasional Gusdurian Network Indonesia (GNI), Zannuba Ariffah Chafsoh alias Yenny Wahid dan Wali Kota Bogor, Bima Arya bertemu di kantor The Wahid Institute, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 16 Januari 2021. TEMPO/M Yusuf Manurung
Sengkarut GKI Yasmin, Bima Arya: Kayak Kerikil dalam Sepatu

Bima Arya menganggap belum selesainya masalah pembangunan GKI Yasmin selama ini membuatnya tidak nyaman selama menjabat sebagai Wali Kota Bogor.


Riset Wahid Institute: Pelaku Bom Bunuh Diri Mayoritas Sekuler  

1 Juni 2017

Seorang pria diduga terkait dengan pengeboman di konser Ariana Grande ditangkap polisi di Manchester. Dailymail.co.uk
Riset Wahid Institute: Pelaku Bom Bunuh Diri Mayoritas Sekuler  

Padahal, menurut Alamsyah, sebagian besar responden merupakan anak-anak yang cerdas yang mendapatkan peringkat 1-10.


Yenny Wahid: Pilkada Jakarta Bukan Kemenangan Kelompok Radikal

20 April 2017

Ketua Umum PKBIB Yenny Zannuba Wahid. ANTARA/Saptono
Yenny Wahid: Pilkada Jakarta Bukan Kemenangan Kelompok Radikal

Yenny Wahid mengatakan pilkada Jakarta tidak dimenangkan oleh kelompok radikal.


Shinta Wahid: Survei Ungkap Adanya Kebencian pada NonMuslim

11 April 2017

Ibu Shinta Nuriyah Wahid saat  menyampaikan humor Gus Dur dalam peringatan dua tahun wafatnya alm. KH. Abdul Rahman Wahid di kediaman Ketua Mahkamah Konstitusi m(MK) Mahfud MD, kawasan Widya Chandra,  Jakarta, Senin (2/1).  ANTARA/Reno Esnir
Shinta Wahid: Survei Ungkap Adanya Kebencian pada NonMuslim

Shinta Nuriyah Abdurahman Wahid mengatakan hasil survei Wahid Foundation merupakan peringatan bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi radikalisme.


Yenny Wahid: 11 Juta Warga Siap Lakukan Tindakan Radikal

17 Februari 2017

Aktivis Islam Yenny Wahid (kiri), Terpidana kasus terorisme Umar Patek (3 kiri) dan mantan narapidana kasus terorisme Jumu Tuani (kanan) saat menjadi pembicara dalam seminar Resimen Mahasiswa Mahasurya Jawa Timur, di Hotel Savana, Malang, Jawa Timur 25 April 2016. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Yenny Wahid: 11 Juta Warga Siap Lakukan Tindakan Radikal

Delapan ratus orang WNI sudah bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah.


Sinta Nuriyah Ikut Deklarasi Hari Toleransi Sedunia

17 November 2016

Sinta Nuriyah (tengah) Istri Presiden Keempat Indonesia, Abdul Rahman Wahid,  bersama anaknya dan Yenny Wahid (Anak Gusdur) mendeklarasikan Hari Toleransi se-Dunia 2016, di Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Jakarta, Jalan Rawamangun Muka, Rabu malam 16 November 2016. TEMPO/Ihsan Reliubun
Sinta Nuriyah Ikut Deklarasi Hari Toleransi Sedunia

Para peserta membacakan teks pernyataan bersama.