TEMPO.CO, BANDUNG - Bank Indonesia meminta kepada masyarakat untuk bisa mengendalikan diri dalam berbelanja menggunakan Kartu Kredit (KK). Bank sentral berharap masyarakat tak memiliki kartu kredit banyak.
Baca : Usaha Batik Modal Rp 500 Ribu, Dulu Sepi Kini Banjir Rezeki
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Eni V Panggabean yang mengatakan saat ini banyak masyarakat yang terlalu gampang dalam mengggunakan kartu kredit.
"Jangan kebanyakan kartu kredit, karena kebanyakan itu nanti biasanya jadi lupa, ini yang bahaya," kata Eni saat Pelatihan Wartawan Ekonomi Bank Indonesia di Bandung, dikutip di laman bisnis.com, Ahad 19 Februari 2017.
Baca : Tukang Batik Mulai dari Nol, Kini Untung Rp 200 Juta/Bulan
Pasalnya hal itu bisa mempengaruhi kinerja perbankan itu sendiri, terutama dalam indikator Nett Performing Loan (NPL). Selain mengimbau masyarakat dalan penggunaan kartu kredit, dia juga meminta kepada bank untuk tidak jor-joran dalam menarik transaksi melalui kartu kredit tersebut.
Seperti yang diketahui, saat ini pendapatan perbankan dari bunga kartu kredit tersebut masuk dalam fee based income. Jika pengelolaan ini tidak hati-hati, maka bisa merugikan perbankan yang bersangkutan.
"Ada yang sampai hadiahnya mobil Roll Royce, diskon hingga 70 persen setiap pembelian produk tertentu, itu jor-joran, negara lain itu tidak seperti kita, karena itu semua biaya yang ditanggung perbankan," paparnya.
Eni mengungkapkan, jumlah pengguna kartu kredit di Indonesia sebanyak 17,4 juta. Jumlah itu hanya 9 persen dari total pemilik rekening di perbankan yang berjumlah 190 juta rekening.
Dengan jumlah tersebut masih banyak yang bisa dikembangkan dalam penggunaan kartu kredit tersebut. Hanya saja dalam pengelolaan dan penggunaannya harus dilakukan lebih bijak dan efisien.
BISNIS.COM