TEMPO.CO, Jakarta - Nyaris bisa dipastikan, Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung dua putaran, melihat hasil hitung surat suara CI oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan quick count atau perhitungan suara cepat sebelumnya, petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat atau Ahok-Djarot beroleh suara dikisaran 43 persen, disusul Anies Baswedan-Sandiaga Uno atau Anies–Sandi sekitar 40 persen, dan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni atau Agus-Sylvi beroleh tak jauh dari 17 persen suara.
Baca juga: Bagaimana Kubu Ahok dan Anies Berebut Suara Agus-Sylvi
Adi Prayitno, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta sepakat dengan banyak asumsi lainnya, bahwa di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, 19 April nanti, ditentukan oleh suara pemilih Agus-Sylvi sebelumnya. "Penentu kemenangan terletak pada sejauh mana kemampuan keduanya, Ahok dan Anies, meraih suara pendukung Agus-Sylvi yang mencapai 17 persen itu, apalagi selisih suara Ahok dan Anies hanya terpaut dikisaran 2 persen saja," kata Adi, kepada Tempo, 19 Februari 2017..
Dan, siapakah yang berpeluang meraih dukungan dari pemilih Agus-Sylvi? Adi Prayitno mempunyai empat kemungkinan.
Sialkan baca: Dihubungi Agus-Sylvi, Ahok Titip Salam buat SBY
Pertama, secara umum, kedua paslon relatif berimbang untuk mendapat limpahan suara pendukung Agus-Sylvi. Tergantung seberapa kuat lobi, penetrasi dan kesamaan visi serta misi Ahok dan Anies cocok dengan pemilih Agus-Sylvi. "Ini bukan perkara mudah tentunya," kata Adi.
Kedua, kemungkinan pemilih Agus-Sylvi lebih cenderung akan beralih ke Anies. Sebab, pemilih Agus dan Anies memiliki irisan yang senafas, yakni sama-sama pemilih Islam yang bersemangat melawan Ahok, atau asal bukan Ahok.
Baca pula: Agus-Sylvi Kalah, PAN Siap Merapat ke Anies-Sandi
Ketiga, melihat kedekatan sejumlah parpol pengusung Agus-Sylvi seperti PAN, PPP, dan PKB cukup terbuka lebar pula mereka akan beralih bergabung ke Ahok yang didukung partai koalisi pemerintah saat ini. "Artinya mayoritas partai penyokong Agus-Sylvi memiliki riwayat yang sama, yakni sama-sama partai koalisi pemerintah pusat," katanya.
Keempat, karena alasan pragmatis, partai-partai penyokong Agus-Sylvi akan beralih dukungan ke Ahok atau Anies disebabkan alasan pragmatis, seperti konsesi kekuasaan, deal politik, jabatan publik, dan sebsgainya. "Pada tahap inilah ideologi dan idealisme partai sudah mulai dieksklusi menjadi alat barter politik. Jadinya politic as usual yaitu siapa mendapatkan apa. Ya, politik hanya sekadar dapat kekuasaan," kata Adi Prayitno.
S. DIAN ANDRYANTO
Simak: Analis Politik: Lingkungan Agus-Sylvi Ciptakan Blunder