TEMPO.CO, Jakarta - Jika ada yang menghubung-hubungkan kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia, Selasa, 28 Februari 2017, dengan situasi politik di Indonesia terkait kasus penistaan agama dan dugaan makin maraknya Islam radikal, Pengamat politik Adi Priyanto dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta mangatakan, asumsi itu patut diabaikan.
"Secara umum, saya melihat kunjungan Raja Arab Saudi Salman tak terkait situasi politik kekinian di Indonesia, khususnya di Jakarta," kata Adi, menegaskan. Menurutnya, kunjungantersebut lebih pada bagaimana respon Arab Saudi terhadap situasi politik global, terutama berkaitan dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. "Termasuk pengaruh Arab Saudi di Timur Tengah yang mulai disaingi oleh Iran," katanya.
Baca juga: Raja Arab Datang, Pengamat: Jokowi Dapat 'Durian Runtuh'
Pada titik inilah kemudian, menurut Adi, kunjungan Raja Arab itu harus dibaca dalam konteks sebagai menjajaki kemungkinan membuat hubungan yang lebih mesra dengan banyak negara, termasuk Indonesia, untuk mendukung kebijakan-kebijakan politik luar negerinya.
"Terlalu sepele sebenarnya jika kunjungam Raja Arab ini hanya terkait kasus penistaan agama maupun munculnya gerakan Islam radikal di Indonesia," ujarnya. Jika Islam radikal yang dimaksud misalkan saja Front Pembela Islam (FPI), Forum Umat Islam (FUI) dan sebagainya, pandapat Adi, oragnisasi massa itu tak memiliki garis instruksi khusus yang merepresentasikan kepentingan keagamaan pemerintah Arab Saudi. "Persoalan penistaan agama dan gerakan Islam radikal murni persoalan domestik Indonesia jelang pilkada saja," tuturnya, meyakini.
Silakan baca: Pengamat: Raja Arab Datang, Momentum Alihkan Hegemoni Barat
Menurutnya, kunjungan Raja Arab tersebut ke Indonesia lebih pada konteks politik global yang lebih makro. "Serta upaya, bagaimana Arab Saudi mencari mitra bilateral yang bisa diajak kerja sama ke depan," katanya.
Sementara itu, di Padang, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) meminta Pemerintah Joko Widodo mengingatkan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud untuk menepati janjinya sendiri terhadap korban-korban kecelakaan crane saat musim haji, September 2015 di Masjidil Haram, Mekah. LBH Padang menyebutkan, salah seorang kliennya korban jatuhnya crane bernama Zulfitri Zaini, 58 tahun.
Baca pula:
Raja Arab ke Indonesia,LBH: Tagih Janji ke Para Korban Crane
Agenda Raja Arab di Istiqlal, Salat Tahiyatul Masjid
Direktur LBH Padang Era Purnama Sari mengatakan, nasib korban crane sekarang bergantung pada kegigihan Pemerintah Indonesia mendesak Pemerintahan Arab Saudi.
"Ada 33 Jemaah Haji asal Indonesia yang menunggu pertanggungjawaban Pemerintahan Arab Saudi. Presiden tidak boleh lupa akan itu, menagih janji Raja Arab Saudi selama kunjungannya ke Indonesia," kata Direktur LBH Padang Era Purnama Sari dalam pesan tertulisnya, Sabtu, 25 Februari 2017.
S. DIAN ANDRYANTO
Simak: Berkunjung ke Sydney, Jokowi Jalan Pagi Bersama PM Australia