TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Pemerintah Inggris melalui wakilnya di Kuala Lumpur mendesak Malaysia berbagi bukti mengenai racun VX yang membunuh Kim Jong-nam dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Duta Besar Inggris untuk Malaysia, Matthew Rycroft, mengatakan informasi mengenai racun yang membunuh Kim di Bandara Internasional Kuala Lumpur 2 pada 13 Februari lalu seharusnya dikirim ke Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) yang berbasis di Den Haag, Belanda.
Berita terkait: Pembunuhan Kim Jong-nam Didalangi 2 Kementerian Korea Utara
"Jika memiliki bukti, sudah seharusnya Malaysia mengirimkannya kepada OPCW dan Dewan Keamanan PBB," ucap Rycroft, seperti dilansir The Star pada 28 Februari 2017.
Rycroft berujar, dua badan dunia itu memiliki wewenang menghukum Korea Utara di bawah aturan pengendalian senjata kimia. Dia juga menegaskan, jika Malaysia memiliki bukti kuat tentang sesuatu yang serius, itu harus disampaikan secepat mungkin.
Pernyataan Inggris itu ditanggapi Duta Besar Jepang di Kuala Lumpur, Koro Bessho, yang menuturkan Malaysia memiliki hak untuk menentukan, apakah mau menyerahkan informasi tersebut atau tidak.
"Pada dasarnya, kita menunggu Malaysia menghasilkan keputusan yang jelas," kata Bessho.
Berita terkait: Perusahaan Alat Militer Korea Utara Beroperasi di Malaysia
Malaysia merupakan salah satu negara yang menandatangani Konvensi Senjata Kimia (CWC) untuk menghapus penggunaan gas beracun yang diinisiasi PBB.
Setelah mengumumkan indikasi racun VX pada jenazah Kim, OPCW menyatakan bersedia menawarkan tim ahli dan bantuan teknis kepada Malaysia. Namun itu belum ditanggapi pemerintah Malaysia.
VX adalah senjata kimia yang masuk kategori senjata pemusnah massal yang sangat dilarang PBB.
Menteri Kesehatan Malaysia Datuk Seri Dr S. Subramaniam mengatakan dosis senjata kimia yang digunakan untuk menyerang Kim sangat tinggi. Racun VX menyerang jantung dan paru-paru Kim serta mengakibatkan abang tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, itu meninggal dalam 15-20 menit setelah terpapar racun tersebut.
THE STAR | CHANNEL NEWS ASIA | YON DEMA