TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Islamic Economic Forum for Indonesian Development (Isefid) Ali Sakti memprediksi kinerja perbankan syariah akan membaik pada tahun ini. Portofolio pembiayaan berbasis bagi hasil akan meningkat mendekati angka 40 persen. Selain itu, rasio kredit macet diprediksi akan kurang dari 4 persen.
Menurut dia, perbankan syariah harus mau berjejaring dengan lembaga keuangan mikro syariah. “Untuk memperkuat pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” kata Ali saat dihubungi, Rabu, 1 Maret 2017.
Baca Juga:
Baca: Meski Tertekan Pidato Trump, Rupiah Diprediksi Bisa Menguat
Sampai akhir 2016, pertumbuhan perbankan syariah mencapai 19,67 persen. Sedangkan pangsa pasar perbankan syariah mencapai angka 5,12 persen, atau merupakan level tertinggi sepanjang keberadaan perbankan syariah di Indonesia.
Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Agus Sudiarto mengatakan sepanjang 2016 kinerja bank yang dipimpinnya terus meningkat. Rasio kredit macet syariah (non-performing financing/NPF) turun menjadi 3,1 persen. Pada akhir 2015, rasio kredit macet masih di kisaran 4,1 persen.
Menurut Agus, penurunan rasio kredit macet tercapai setelah manajemen mengumpulkan penagihan dari hapus buku, termasuk margin hingga Rp 537 miliar. “Kinerja kami sudah on the track,” katanya.
Baca: Inflasi Bulan Lalu 0,23 Persen, BI Pastikan Terkendali
Dia mengatakan bank terus melakukan konsolidasi untuk mengatasi kredit macet hingga 2020. Konsolidasi dilakukan dengan membentuk pusat monitor tunggakan nasabah, melakukan lelang jaminan, serta memberikan insentif penagihan.
Alhasil, laba operasional sebelum beban Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) mencapai Rp 1,6 triliun. Rasio pencadangan diperkuat dengan biaya PPAP sebesar Rp 1,17 triliun. "Sehingga rasio cash coverage meningkat menjadi 67,25 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 58,11 persen," kata Agus.
Selama 2016, Bank Syariah Mandiri mencatat laba bersih Perseroan naik 12,38 persen secara tahunan hingga Rp 325,4 miliar. Sedangkan pendapatan bersih naik 12,72 persen menjadi Rp 4,96 triliun dari semula Rp 4,4 triliun. Menurut Agus, prestasi itu ditopang oleh perbaikan kualitas aktiva produktif, peningkatan pendapatan bersih, dan penghematan CKPN.
Baca: 5 Inkumben Komisioner OJK Tak Lolos, Ini Penjelasan Pansel
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk juga melaporkan penurunan rasio kredit macet sepanjang 2016. Pada 2015, rasio kredit bermasalah Muamalat mencapai 7,1 persen dan turun drastis hingga 3,8 persen pada akhir 2016. Direktur Utama Bank Muamalat Endy Abdurrahman mengatakan perbaikan pertumbuhan ekonomi membuat kredit nasabah terus membaik. "Selama nilai ekonomi dari aktivitas nasabah masih ada dan sustain, kami siap bekerja sama," kata Endy.
PUTRI ADITYOWATI