TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah diprediksi stagnan terkena dampak sentimen pidato Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Analis senior PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, memperkirakan laju rupiah hari ini bergerak dengan kisaran support 13.386 dan resisten 13.315.
Reza mengatakan rupiah masih melanjutkan tren sideways. Pelemahan yang terjadi pun masih terbatas. Namun beberapa sentimen perlu dicermati. "Terutama imbas dari penguatan dolar Amerika setelah merespons pidato Trump kemarin," ucapnya dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 2 Maret 2017.
Baca: Tujuh Anak Usaha BUMN Konstruksi Akan Go Public
Dalam perdagangan kemarin, penguatan rupiah terhambat karena pelaku pasar kembali memburu dolar Amerika. Pelaku pasar merespons positif pidato Trump di hadapan Kongres. Trump menegaskan upaya perbaikan ekonomi Amerika dengan rencana penambahan anggaran untuk meningkatkan aktivitas ekonomi.
Sentimen lain adalah rilis inflasi Februari 2017. Reza menuturkan rilis tersebut belum cukup mengangkat laju rupiah walau lebih baik daripada bulan sebelumnya. Pasalnya, inflasi Februari 2017 tercatat lebih tinggi jika dibanding inflasi Februari pada tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata tercatat deflasi.
Baca: Realisasi Investasi Arab Saudi Masih Minim
Badan Pusat Statistik mengumumkan inflasi Februari sebesar 0,23 persen secara bulanan (month-to-month) atau sebesar 3,83 persen secara tahunan (year-on-year). Inflasi Februari tahun ini tercatat lebih tinggi daripada Februari 2015 atau 2016. Pada 2015, terjadi deflasi 0,36 persen. Sedangkan pada 2016, terjadi deflasi 0,09 persen.
VINDRY FLORENTIN