TEMPO.CO, London— Badan keamanan Palestina yang berafiliasi dengan Hamas, untuk pertama kalinya dalam sejarah menahan ratusan orang dari kelompok-kelompok garis keras untuk dihadapkan pada pengadilan militer Palestina.
Seorang sumber mengungkapkan kepada Asharq Al-Awsat, Kamis 2 Maret 2017, bahwa mereka yang ditahan adalah warga sipil dan tidak memiliki hubungan dengan badan-badan keamanan Palestina baik di Ramallah atau Gaza.
Baca: Berkomplot dengan Israel, 6 Pria Palestina Dihukum Mati Hamas
Sumber yang ingin identitasnya dirahasiakan tersebut menyebutkan dalam beberapa waktu terakhir, lebih dari 550 orang dipindahkan ke pengadilan militer atas tuduhan meluncurkan rudal ke Israel.
Namun keluarga dari para tahanan mengeluhkan bahwa pengadilan ini hanyalah cara bagi Hamas untuk mengesahkan penangkapan kerabat mereka.
Baca Juga:
Sumber tersebut juga mengatakan tuduhan kepada mereka yang ditahan termasuk dugaan kejahatan yang dilakukan di masa lalu. Dimana terindikasi sebagai upaya Hamas untuk tetap menahan mereka.
Hamas selama ini telah menahan ratusan pendukung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.
Mereka masih mengejar sejumlah orang, termasuk Nour Issa, seorang pemimpin Ahfad Sahaba yang mengaku bertanggung jawab melepaskan rudal akhir-akhir ini ke wilayah Israel.
Pada halaman Facebook-nya, adik Issa, Nagham, mengatakan bahwa Hamas telah menahan ayah dan kakaknya agar saudaranya yang buron segera menyerahkan diri.
Kampanye Hamas diluncurkan setelah melakukan kesepakatan dengan Mesir untuk menindak ekstrimis dan mencegah mereka melarikan diri ke Sinai atau bekerja sama dengan kelompok-kelompok di sana.
Sumber melaporkan bahwa sejumlah tahanan melakukan aksi mogok makan, dalam usaha untuk menekan Hamas.
Juga pada Rabu lalu, kelompok-kelompok ekstremis di Gaza tetap meluncurkan rudal di Israel untuk tujuan yang sama.
ASHARQ AL-AWSAT| MIDDLE EAST EYE | YON DEMA