TEMPO.CO, Jakarta - PT Angka ini tumbuh sebesar 9,1 persen dibanding perolehan laba di 2015 yang sebesar Rp 307 miliar.
Direktur Utama MTF, Ignatius Wijoyo, mengatakan, perolehan laba ditopang masih agresifnya pembiayaan yang tumbuh 8,68 persen. Selaini tu kualitas pembiayaan terkendali dengan rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) dijaga di level 1,49 persen.
"Pembiayaan kita tumbuh di atas industri sebesar 8,68 persen menjadi Rp 18,63 triliun pada 2016 dibanding 2015 yang sebesar Rp 17,14 triliun," ujar Ignatius, Rabu, 8 Maret 2017.
Pembiayaan MTF paling banyak untuk segmen retail yang mencapai Rp 14,73 triliun, kemudian Kredit Kendaraan Bermotor yang bekerja sama dengan induk usaha Bank Mandiri sebesar Rp 1,64 triliun. Selain itu ada pembiayaan korporasi untuk fleet atau perkapalan Rp 2,21 triliun dan kredit multiguna Rp 34,89 miliar. Dari pembiayaan itu, MTF mengumpulkan pendapatan Rp 1,52 triliun.
MTF belakangan memperketat penyaluran pembiayaannya untuk memitigasi penurunan aset karena masih lemahnya ekonomi pada 2016. Dengan begitu, kata Ignatius, NPF bisa dijaga di 1,49 persen dan tren pertumbuhan modal tetap terjaga di 29 persen menjadi Rp 1,47 triliun.
Sedangkan aset MTF terkumpul Rp 11,4 triliun pada akhir 2016. Sebesar 87 persen dari total aset adalah piutang pembiayaan konsumen.
Namun, seiring dengan agresifnya pembiayaan, kewajiban atau liabilitas MTF juga tumbuh 24 persen yang didominasi pinjaman dari perbankan. "Kontribusi pinjaman bank sebesar 56 persen dari total liabilitas per akhir 2016," kata Ignatius.
ANTARA