TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berencana menggelar tender terbuka untuk jalur distribusi gas Provinsi Papua dan Papua Barat pada paruh kedua tahun ini. Gas bakal dipakai untuk kebutuhan pembangkit listrik.
"Open bid kami koordinasi dengan PLN. Harapannya, semester kedua tahun ini, tender sudah mulai dibuka," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi I Gusti Nyoman Wiratmaja kepada Tempo, Senin, 6 Maret 2017.
Baca: Pemerintah Fokus Bangun Infrastruktur Listrik Papua
Nanti, gas yang berasal dari kilang Tangguh unit I dan II bakal diangkut melalui kapal mini LNG. Kapal akan mengirim gas ke dermaga terdekat, kemudian dialiri ke pembangkit listrik. Kilang Tangguh yang terletak di Teluk Bintuni, Papua Barat, dikelola BP Berau Ltd.
Skema ini disebut Wiratmaja sebagai virtual pipeline. Jalur distribusi gas melalui laut juga bakal dipakai untuk menerangi daerah lain di Indonesia Timur, seperti Maluku dan Nusa Tenggara Timur.
Baca: Pembangkit Minyak Gas Timika Dikerjakan Awal 2017
Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Amien Sunaryadi mengatakan alokasi gas Papua sudah disetujui 20 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Namun alokasi studi sudah dilakukan BP bersama dengan PLN sejak akhir 2015 lalu.
Masa pembangunan pembangkit diperkirakan SKK Migas bakal dimulai pada 2018 mendatang. Dengan asumsi masa pembangunan selama dua tahun, diperkirakan pembangkit gas bisa mulai beroperasi pada 2020.
Diketahui, Papua merupakan wilayah dengan angka defisit listrik tertinggi. Menurut catatan PLN, lebih dari 60 persen wilayah Papua belum teraliri listrik.
"Nanti, infrastruktur seperti dermaga dan jalan bisa dibangun pakai APBN. Masyarakat hanya membayar listrik untuk komponen tarif gas, ongkos transportasi, dan biaya depresiasi pembangkit," ujar Amien.
Baca: PGN Tambah Sambungan Gas ke 8.158 Rumah Tangga
Berdasarkan rencana PLN, kapal bakal menerima gas dari LNG hub di Fak Fak. Di daerah tersebut, PLN bakal membangun floating storage unit (FSU) berkapasitas 18 ribu meter kubik gas. FSU lalu mengirim gas ke kapal LNG mini, yang kemudian berlayar menuju Sorong, Raja Ampat, Manokwari, Nabire, Jayapura, Biak, lalu kembali ke Fak Fak. Kapal bakal berlayar secara rutin ke tiap dermaga saban dua pekan. Fasilitas terminal LNG penerima nanti bakal dibangun di dermaga tujuan.
PLN mencatat gas ini akan menjadi bahan bakar bagi 25 pembangkit gas. Dari angka itu, 12 pembangkit sedang dibangun PLN, yaitu Mobile Power Plant (MPP) Manokwari 20 Megawatt (MW), Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Manokwari 40 MW, PLTMG Biak 15 MW, MPP Jayapura 50 MW, PLTMG Jayapura Peaker 40 MW, PLTG Sorong 30 MW, PLTMG Bintuni 10 MW, MPP Nabire 20 MW, MPP Fak Fak 10 MW, MPP Timika 30 MW, PLTMG Raja Ampat 10 MW, dan PLTMG Merauke 20 MW.
Direktur PLN Regional Jawa Timur dan Bali Amin Subekti mengatakan, nanti, terminal yang dibangun hanya berskala kecil. Dia mencontohkan terminal LNG di Pesanggrahan, Benoa, Bali, yang hanya berkapasitas 30 mmscfd. "Tidak seperti terminal besar yang di atas 125 mmscfd," kata dia beberapa waktu lalu.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengatakan bakal membangun beragam pembangkit di Papua sebesar 158 MW hingga 2019. Listrik akan menunjang 15 ribu pelanggan baru pada tahun yang sama.
ROBBY IRFANY