INFO PURWAKARTA - Dalam dua bulan terakhir, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengaku saban hari menerima keluhan dari warganya yang tinggal di sepanjang ruas jalan arteri Ciganea-Sawit. “Setiap hari saya pun mendapat komplain dari warga, baik langsung maupun lewat media sosial,” ujar Dedi.
Penyebabnya, kata Dedi, Senin, 6 Maret 2017, adalah pengalihan arus kendaraan truk, kontainer, dan trailer melalui jalur arteri Ciganea-Padalarang setelah terjadi pergeseran dan retaknya Jembatan Cisomang kilometer 100+700 ruas Jalan Tol Purbaleunyi, sejak akhir Desember 2016.
Meskipun sejak Kamis, 23 Pebruari 2017, semua kendaraan dengan beban 15 ton dan bus sudah dialihkan kembali ke ruas Jalan Tol Purbaleunyi, pengaruh kemacetan, kebisingan, dan kerusakan jalan masih terus terjadi.
Kang Dedi, sapaan akrab Dedi Mulyadi, menegaskan, hanya mengalihkan arus kendaraan dengan bobot 15 ton ke bawah, pengaruhnya tidak signifikan. Sejak awal dia mengusulkan solusi terbaik untuk memecahkan persoalan sosial di sepanjang di jalan arteri adalah dengan rekayasa memasukkan semua kendaraan jenis truk melalui pintu gerbang darurat Sawit.
Tepatnya di pintu gerbang darurat kilometer 99+400 arah ke Bandung dan 99+700 arah ke Jakarta. Kalau gerbang darurat itu digunakan, dipastikan persoalan yang muncul di sepanjang jalan arteri Ciganea-Padalarang tuntas. “Saya pikir solusinya cuma itu,” kata bupati yang masa tugasnya tinggal setahun lagi itu.
Sudirman, warga yang tinggal di Jalan Raya Sukatani, mengatakan, setelah ada pengalihan semua kendaraan truk dan bus ke jalur arteri, hampir tiap hari terjadi kecelakaan lalu lintas akibat kondisi jalan yang berlubang di berbagai titik. “Terutama pengguna sepeda motor,” ujar Sudirman. Adapun kendaraan roda empat, terutama truk besar, banyak yang mengalami patah as.
Didin Syarifudin, warga Plered, yang sehari-hari melintasi jalan arteri Darangdan-Ciganea, mendesak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan, dan PT Jasa Marga segera mengalihkan semua truk ke ruas Jalan Tol Purbaleunyi lagi. (*).