TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan orang menggelar Aksi Sejuta Tangan #SayaStopStigma-Indonesia Tanpa Diskriminasi di kawasan Monumen Nasional, Jakarta. Ketua pelaksana aksi, Sofyan Manurung, mengatakan aksi yang dihadiri ratusan siswa sekolah dasar dan pemangku kepentingan ini untuk menghapus berbagai stigma negatif dan diskriminasi di masyarakat.
"Tujuannya, tidak ada diskriminasi lagi di masyarakat. Semua kita hilangkan agar ada sinergi dan satu kesatuan," kata Sofyan di plaza selatan kawasan Monas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Ahad, 12 Maret 2017.
Baca: Car Free Day Mataram, Ratusan Pelajar Deklarasi Anti-Rokok
Ia menjelaskan selama ini persoalan stigmatisasi hanya dipegang oleh Dinas Sosial. Ia pun menggandeng beberapa pihak lain untuk mengkampanyekan anti-diskriminasi, di antaranya Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Sosial, dan Kementerian Kesehatan. "Kita nantinya bergerak ke RPTRA unsuk sosialisasikan ini sehingga tidak ada stigma menyangkut SARA, fisik, dan ekonomi," kata dia.
Aksi ini menarik perhatian masyarakat yang datang di hari bebas kendaraan bermotor. Sebabnya, aksi ini disertai dengan pembubuhan cap tangan warna-warni sebelah kiri sebagai tanda untuk mewakili tagar #SayaStopStigma. Grup marching band SD Kenari 7 Salemba, Jakarta, dan penari SD 03 Paseban, Jakarta, juga turut meramaikan aksi ini.
Simak juga: Golkar: Perkara E-KTP Kental Aroma Politik
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Seto Mulyadi menyatakan aksi ini adalah spontanitas banyak organisasi dengan adanya diskriminasi di banyak kalangan. "Misal pada anak, ada stigma anak bodoh dan anak pintar. Padahal tidak. Kadang ini dilupakan para pendidik di masyarakat," ujar pria yang akrab disapa Kak Seto.
Ia meyakini masyarakat harus menyadari Indonesia dibentuk dari keanekaragaman yang seharusnya berpadu. Menurut dia, kesadaran tersebut bisa dibangun di keluarga untuk dikembangkan di lingkungan sekitarnya. "Sehingga, jika ada diskriminasi, bisa dihapuskan," kata Seto.
ARKHELAUS W.