TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tidak terlalu khawatir dengan dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (Fed Fun Rate).
"Itu kan yang bikin orang lain, tentu saja mesti ada pengaruhnya. Tapi kita tidak memperhitungkan terlalu lama, sementara saja," ujar Darmin, saat ditemui di kantornya, di Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis, 16 Maret 2017.
Baca: BI Waspadai Kenaikan Fed Rate Maret
Terlebih ucap Darmin, kenaikan Fed Fund Rate hanya sebesar 25 basis poin (bps)
dari sebelumnya 0,75 persen menjadi 1 persen. "Kalau 0,25 ya nggak akan besar."
Darmin berujar meskipun Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) berencana menaikkan Fed Fund Rate sebanyak dua kali lagi tahun ini, tidak menimbulkan kekhawatiran besar. "Ya, selama ekonomi kita oke-oke aja."
Baca Juga:
Seperti dilansir dari Reuters, kenaikan suku bunga The Fed itu merupakan yang kedua kalinya dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Pengambilan keputusan itu di antaranya didorong oleh pertumbuhan ekonomi AS yang stabil, data lapangan pekerjaan yang membaik, serta keyakinan angka inflasi akan mencapai target yang disasar oleh The Fed, yaitu sebesar 2 persen.
Simak: Suku Bunga Sulit Single Digit Jika Fed Rate Naik
Kenaikan Fed Fund Rate sebesar 25 bps ini juga disebut sebagai salah satu langkah paling meyakinkan untuk mengembalikan kebijakan moneter Amerika Serikat ke arah yang lebih normal. Selain itu, kenaikan ini juga sejalan dengan janji kampanye Presiden Donald Trump yang kala itu yang menginginkan suku bunga acuan AS disesuaikan lagi agar lebih kompetitif.
Sementara itu, kenaikan Fed Fund Rate telah menjawab ekspektasi dan harapan pelaku pasar. Kenaikan ini disebut telah diperkirakan sebelumnya, sehingga diharapkan tidak terlalu menimbulkan efek kejutdi pasar sebagai imbas keputusan itu.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengatakan secara umum The Fed kemungkinan akan menaikkan Fed Fund Rate pada pertengahan Maret ini.
Baca: Fed Rate Naik, Suku Bunga BI Diperkirakan Tetap
"Probability bukan 94 persen tapi malah sudah 100 persen, diperkirakan akan naik 25 persen," ujar Agus di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 10 Maret 2017.
Keputusan itu akan disampaikan The Fed saat menggelar rapat rutin bulanan (FOMC Meeting) pada 14-15 Maret 2017. Agus menuturkan keputusan itu akan menyebabkan penguatan dolar Amerika Serikat dan membuat mata uang negara lain termasuk Indonesia akan sedikit melemah.
GHOIDA RAHMAH