Tips Merawat Mesin Diesel Common Rail
Reporter: Tempo.co
Editor: Sugiharto
Jumat, 17 Maret 2017 06:00 WIB
TATA Xenon XT di Sirkuit Jeep Station Indonesia, Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis, 16 Maret 2017. TEMPO/PRAGA UTAMA
Iklan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dua tahun terakhir, tren penggunaan mesin diesel common rail pada kendaraan penumpang maupun niaga terus meningkat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ibarat sistem injeksi langsung (direct injection) pada mesin bensin, sistem common rail mengandalkan pompa bertekanan tinggi untuk menyemprotkan solar ke ruang pembakaran. Sistem ini dikendalikan oleh sebuah otak yang disebut Engine Control Unit (ECU).

Karena sistem dan teknologinya lebih canggih, maka mesin diesel common rail membutuhkan bahan bakar solar berkualitas tinggi. “Contohnya Pertamina Dex,” kata Technical Trainer PT Tata Motors Distribusi Indonesia Mohamad Arief Budiman di Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis, 16 Maret 2017.

SimakPria Asal Pati Ini Jadi Orang Indonesia Pertama Pimpin Toyota  Mau Beli Skutik 150cc? Simak Harga per Maret 2017Honda Akan Produksi Motor Roda Tiga, Seperti Ini Spesifikasinya

Namun, Arief menambahkan, distribusi solar setara Pertamina Dex belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Padahal mobil-mobil niaga terbaru yang memakai mesin diesel rata-rata sudah mengadopsi mesin common rail. “Dari mulai pikap, pikap kabin ganda, sampai truk mesinnya sudah canggih karena di negara lain aturan emisi gas buangnya sangat ketat.”

Xenon XT Lalu, bagaimana menyiasati ketiadaan solar berkualitas tinggi untuk kendaraan bermesin diesel common rail? Arief menjelaskan pada dasarnya setiap kendaraan diesel yang memakai teknologi ini masih bisa dioperasikan meski mengasup solar biasa. “Tapi pemilik harus lebih telaten merawat mesinnya.”

Pasalnya, pada mesin common rail ada beberapa komponen yang sensitif terhadap kotoran yang bersumber dari solar. Kelebihan solar seperti Pertamina Dex adalah kandungan sulfurnya rendah, memiliki zat aditif untuk membersihkan mesin, dan nilai cetane-nya tinggi. “Sementara solar biasa kandungan sulfurnya tinggi, ini bisa menumpuk pada saringan (filter) solar dan merusak komponen catalytic converter.”

Menurut Arief, jika mesin common rail memakai solar dengan spesifikasi sesuai maka proses perawatan mesin tidak akan menyulitkan. Misalnya, kata dia, penggantian filter dilakukan per-20 ribu kilometer. “Bahkan kalau solarnya sangat bagus bisa awet hingga 40 ribu kilometer.” Nah, Arief menambahkan, kalau mesin common rail dipaksa meneguk solar berkualitas rendah pemilik harus rajin mengganti filter solar, paling tidak setiap 10 ribu kilometer sekali.

TATA Motors, sebagai salah satu produsen mobil dengan mesin diesel yang mayoritas sudah memakai teknologi common rail mau tak mau bersiasat dengan kondisi belum meratanya solar berkualitas baik di Indonesia. Hampir semua produk TATA yang dijual di Indonesia masih diimpor dari pabrik mereka di India. “Untuk menyesuaikan dengan kondisi bahan bakar, kami minta bagian produksi di sana merancang filter khusus agar lebih awet jika menggunakan solar berkualitas rendah.”

Salah satu produk TATA yang sudah memakai teknologi tersebut adalah pikap kabin ganda Xenon XT bermesin 2.200 cc yang mulai dipasarkan awal tahun ini. “Mobil ini kan untuk pertambangan dan perkebunan, jadi teknologinya sudah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.”

PRAGA UTAMA

Iklan

 

 

 

BERITA TERKAIT


Rekomendasi