TEMPO.CO, Jakarta - Terhambatnya pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Upper Cisokan, Jawa Barat bakal mempengaruhi listrik cadangan di sistem Jawa-Bali. Oleh karena itu, Direktur Lembaga Pengkajian Energi Universitas Indonesia Iwa Garniwa, menyebutkan, pembangunan PLTA yang berfungsi sangat strategis ini harus diselesaikan sesegera mungkin.
"Hanya Upper Cisokan yang bisa mengikuti naik turunnya beban. Untuk menjaga keandalan ini harus dibangun tepat waktu," ujar Iwa kepada Tempo, Jumat, 17 Maret 2017.
Iwa mengatakan sebagian besar listrik Jawa saat ini ditunjang dari energi batubara melalui pembangkit tenaga uap (PLTU). Menurut Iwa, PLTU sulit meningkatkan produksi listriknya secara signifikan jika sistem pembangkitan Jawa Bali mengalami gangguan.
Iwa menuturkan listrik cadangan dihasilkan pembangkit melalui pelepasan air dari waduk buatan yang berada di bagian atas. Saat siang hari, pembangkit bisa mencadangkan listrik melalui pemompaan air dari waduk bawah ke waduk atas. Teknologi ini disebut pumped storage.
Molornya proyek, kata Iwa, juga berisiko menghambat pemenuhan target bauran energi sebesar 23 persen pada 2025. Sebab pembangkit ini berkapasitas 4 x 260 Megawatt (MW). "Ini listrik energi baru yang terbesar," katanya.
Sampai saat ini PLN tidak kunjung memulai pembangunan pembangkit. Konstruksi molor dari target semula yaitu Maret 2016. PLN terpaksa merevisi jadwal operasi pembangkit dari tahun 2019 menjadi tahun 2021.
Direktur PLN Regional Jawa Bagian Tengah Nasri Sebayang mengemukakan pembangunan tertunda lantaran kontraktor harus menyiapkan jalan jalan hantar menuju pembangkit sepanjang 34 kilometer. Pembangunan sebenarnya bisa dimulai pada Agustus 2016 lalu.
Tapi, kata Nasri, jalan hantar tertimbun longsoran tanah dari perbukitan. Sampai saat ini perbaikan jalan masih berlangsung. "Kami negosiasi supaya mereka memperbaiki jalan itu. Karena musin hujan kemarin," ujarnya.
PLN membangun Upper Cisokan melalui lima paket konstruksi. Menurut Nasri, terdapat beberapa pekerjaan yang sifatnya paralel. Seperti pekerjaan paket pekerjaan hidrolik yang dimulai pada Juli 2016. Sementara untuk pengerjaan transmisi, turbin dan generator baru bisa dilakukan pada 2019. Pengisian waduk bakal dimulai pada 2020. Kontraktor yang mengerjakan adalah konsorsium DAELIM Industrial Co asal Korea Selatan, ASTALDI dari Italia, dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
"Pekerjaan ini memakan waktu lebih dari 50 bulan. Sehingga baru selesai tahun 2020. Pengisian waduk awal 2020," kata Nasri.
PLTA Upper Cisokan masuk dalam Fast Track Program Kelistrikan tahap II yang direncanakan tahun 2010. Proyek menelan anggaran US$ 1,1 miliar. Saat ini PLN sudah mengantongi pinjaman lunak dari Bank Dunia sebesar US$ 640 juta.
Biaya sisanya memakai duit perusahaan. Nasri mengklaim teknologi pumped storage pembangkit adalah yang pertama di Indonesia. Kelebihannya, PLTA bisa beroperasi penuh sekalipun musim kering melanda.
Nasri menjamin seluruh proses perizinan sudah selesai, termasuk juga soal pembebasan lahan. Berdasarkan catatan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Jawa Barat, Proyek Upper Cisokan menggusur 2.900 jiwa dari 733 keluarga di Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat. Maklum, proyek ini memakan lahan seluas 841 hektare. Angka itu termasuk area yang terendam air.
ROBBY IRFANY