TEMPO.CO, Teheran - Umat Islam Iran menerima kabar gembira. Kerajaan Arab Saudi mengizizinkan mereka menunaikan ibadah haji tahun ini, setelah sebelumnya dilarang akibat ketegangan politik kedua negara.
"Kementerian Haji dan Biro Haji Iran dipersilahkan memberangkatkan jemaahnya tahun ini sesuai dengan prosedur sebagaimana dilakukan oleh seluruh negara Islam," tulis kantor berita Saudi, Jumat, 17 Maret 2017.
Untuk pertama kalinya dalam tiga dasa warsa, jamaah Iran -memiliki kuota 60 ribu- tidak bisa berangkat haji pada 2016 setelah dua negara gagal bersepakat soal keamanan dan logistik.
Riyadh dan Teheran tidak memiliki hubungan diplomatik, menyusul penutupan kedutaan besarnya akibat perselisihan politik. Saudi berkali-kali menuding Iran memberikan dukungan senjata terhadap gerakan Syiah di Suriah, Irak, Yaman dan Bahrain.
Meskipun ada ketegangan politik, namun pelarangan keberangkatan haji umat Islam Iran dicabut setelah kunjungan Kementerian Urusan Haji Iran ke Saudi belum lama ini.
Kementerian Haji Saudi dalam keterangannya kepada media, Jumat, 17 Maret 2017, mengatakan, Kerajaan yang menjadi tempat lahirnya Islam menyambut baik seluruh jemaah dari berbagai belahan dunia dan memiliki latar belakang berbeda.
Penguasa dua tempat suci umat Islam, Mekah dan Madinah, menerangkan, Saudi siap memberikan layanan terhadap pelaksanaan haji sebagai bagian dari rukun Islam kelima.
Iran pernah membokiot pelaksanaan haji selama tiga tahun antara 1988-1990 setelah terjadi bentrok melibatkan jamaah Iran dengan kepolisian Saudi pada 1987. Insiden tersebut mengakibatkan sekitar 400 orang meninggal.
Hubungan diplomatik kedua negara diperbaik pada 1991, tetapi rusak kembali setelah Saudi maupun Iran memberikan dukungan kelompok bertikai di Suriah dan Yaman.
Pada Januari 2016, Saudi dan Iran memutuskan hubungan diplomatik setelah pengunjuk rasa Iran menyerbu kedutaan Saudi di Teheran dan konsulat menyusul eksekusi Saudi terhadap tokoh Syiah bersama 47 orang yang dituduh teroris.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN