TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2, Djarot Saiful Hidayat, meminta pendukungnya agar tak terprovokasi isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) di dalam masa pemilihan kepala daerah 2017 ini. Ia mengatakan isu-isu itu saat ini bertebaran baik di dunia nyata maupun maya.
"Kepada seluruh relawan Badja agar tidak ikut-ikut terpancing dengan berbagai cara seperti itu. Itu cara-cara primitif memaksakan kehendak, dan tidak sesuai dengan kultur demokrasi Indonesia," kata Djarot saat meresmikan relawan Badja Bhineka Tunggal Ika, di Jalan Talang, Menteng, Jakarta Pusat, 18 Maret 2017.
Ia pun meminta agar para pendukungnya tidak melakukan hal yang sama, yakni dengan menggunakan isu SARA dalam pilkada. Ia menegaskan hal itu tidak sesuai dengan Pancasila, juga semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Djarot mengatakan dia dan calon gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, tidak maju karena keinginan berkuasa. Dukungan masyarakat untuk menyelesaikan program saat ini, kata Djarot, adalah alasan di balik keputusan mereka maju.
"Pimpin Jakarta itu gampang, integritas sepenuh hati, dan jujur. Santun perbuatan, santun mulut tapi menghalalkan segala cara, itu enggak boleh," kata Djarot.
Selama masa kampanye putaran dua ini, Djarot mengaku masih banyak menemui berbagai bentuk SARA yang digunakan dalam pilkada. Dari spanduk penolakan jenazah pendukung penista agama hingga khotbah di ibadah salat Jumat yang berpihak, dinilai Djarot masih banyak terjadi.
Kampanye putaran kedua pilkada akan dilakukan hingga 15 April mendatang. Pemungutan suara akan dilakukan pada 19 April.
EGI ADYATAMA