TEMPO.CO, Jakarta - Laporan investigasi “Jual-Beli Manusia ke Malaysia” di Majalah Tempo pekan ini, mengenai jaringan serta modus yang digunakan para pelaku perdagangan manusia menjebak korbannya , khususnya TKI dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca terlebih dahulu:
Jual-Beli Manusia ke Malaysia (01), Alur Transfer Rp 2 Miliar
Hubungan NG Bersatu di Malaysia, salah satu penyalur tenaga kerja Indonesia dengan Cut Sari Asih dan jaringan penjual manusia di NTT terlihat dari pengiriman Sarlin Agustina Djingib, TKI asal Sabu Raijua, NTT. Sarlin tiba di negeri jiran pada Agustus 2015. Kala itu, usianya belum 20 tahun. "Semua identitas palsu dan paspor dibikin oleh anak buah Yohanes," ujarnya.
Infografik: Berdagang Orang ke Malaysia
Sarlin terbang ke Batam dan dijemput oleh Angellin Wijaya, putri Seri Safkini. Angellin lalu mengantar dia ke Pelabuhan Batam Centre untuk menyeberang ke Johor Bahru. Seseorang yang tak ia kenal lalu mengantarnya ke kantor NG Bersatu di Puchong, Selangor. Sarlin kemudian diambil Jasmin, warga Malaysia keturunan India. Hingga kini, Sarlin tak memiliki izin kerja.
Investigasi: Jaringan 'Mafia' Penjual Manusia
Oey Wenny Gotama membantah kabar bahwa dia mentransfer miliaran rupiah ke rekening Seri Safkini. Tapi manajer NG Bersatu di Puchong, Ng Jing Hao, membenarkan. "Wenny membayar ke perusahaan di Indonesia," kata Jing Hao. Jing Hao juga mengaku pernah bermitra dengan PT Cut Sari Asih. Tapi dia menolak jika perusahaannya disebut merekrut TKI ilegal. "Semua dilengkapi izin kerja."
Seri Safkini dan putrinya, Angellin Wijaya, belum bisa dimintai komentar. Rumah mereka di Kalideres, Jakarta Barat, kosong. Di Medan, penampungan Cut Sari Asih di Medan Johor, yang digerebek polisi pada Agustus 2016, digembok rapat. Seri kini berstatus buron.
TIM INVESTIGASI
Simak berita lain:
Aksi Semen Kaki, Petani Tak Mau Pulang Sebelum Ketemu Jokowi
Video Terkait:
Investigasi Majalah Tempo: Perdagangan Manusia ke Malaysia
Korban Perdagangan Manusia, 8 TKI Brebes Diselundupkan Lewat Laut