TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia mengusung program ketelusuran produk (traceability) perikanan dalam ajang pameran bergengsi Seafood Expo North America (SENA), di Boston, Amerika Serikat. SENA adalah eksposisi perikanan terbesar di Amerika Utara dengan ribuan peserta.
"Kami di industri perikanan rajungan (Portunus pelagicus) pun sangat mendukung itu, dan sudah melakukan di Lampung Timur dan Pemalang, Jawa Tengah," kata Manajer Pemasaran PT Siger Jaya Abadi, Arie Prabawa, salah satu peserta dari Indonesia, dari Boston, Senin, (20 Maret 2017).
Secara umum, ketelusuran adalah suatu cara mempermudah pelacakan terhadap suatu produk dengan melihat sejarah dari produk itu, dan bisa dilakukan dengan menelusuri dia di setiap tahapan budidaya.
Hal itu mesti dilakukan terkait keamanan pangan, sebagai isu sangat penting dalam pemasaran produk perikanan di tingkat internasional. Ini jadi tanggung jawab pelaku usaha pada produk dimaksud.
Importir Amerika Serikat atas produk rajungan Indonesia, yakni CEO Blue Star Foods, John R Keller, sangat mendukung program ketelusuran produk perikanan itu. Dia hadir pada peresmian koperasi rajungan pertama di Desa Muara Gading Mas, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, pada Februari lalu.
Data Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan-KKP mencatat nilai ekspor rajungan Indonesia pada 2014 melebihi 308 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp4 triliun.
Volume ekspor rajungan mengalami peningkatan signifikan, yaitu pada 2014 sekitar 10, 8 juta ton, pada 2015 mencapai 15, 8 juta ton, dan pada 2016 menjadi 19,4 juta ton.
ANTARA