TEMPO.CO, Kupang - Dua dari delapan kandidat Presiden Timor Leste sama-sama mengklaim akan memenangi pemilihan presiden satu putaran. Dua kandidat itu, yakni calon nomor urut dua, Fransisco Guterres atau Lu Olo, yang diusung Partai Fretilin dan CNRT, serta calon nomor urut delapan, Antonio da Conceicao alias Kalohan, yang diusung Partai Demokrat.
"Tidak ada logika, Lu Olo masuk putaran kedua," kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Fretilin Jose Rais di Dili, ibu kota Timor Leste, Senin, 20 Maret 2017.
Baca Juga:
Baca: Delapan Kandidat Bertarung di Pemilu Presiden Timor Leste
Keyakinan Jose berangkat dari jumlah anggota Fretilin, yang sampai saat ini mencapai 300 ribu orang. Jumlah itu belum ditambah pendukung CNRT sehingga total dukungan untuk Lu Olo mencapai sekitar 600 ribu orang. Jumlah sebesar itu hampir menyamai total pemilih yang tercatat di Kantor Comisaun Nacional de Eleisaun (CNE) atau Komisi Pemilihan Umum sebanyak 747.252 pemilih.
Jose Rais belum memastikan seluruh pendukung CNRT memilih Lu Olo karena dukungan dari partai itu terbagi dua. "Jika 80 persen saja, ada sekitar 600 orang akan memilih Lu Olo," ujarnya.
Dengan demikian, menurut Jose Rais, tidak akan ada peluang pemilu masuk putaran kedua. Selain itu, Lu Olo yang sudah tiga kali bertarung memperebutkan kursi presiden itu selalu menang dalam pemilihan putaran pertama, tapi kalah di putaran kedua.
Baca: Pilpres, Perbatasan RI-Timor Leste Diperketat
Selain itu, Lu Olo yang termasuk salah satu pejuang kemerdekaan Timor Leste tersebut bersama dua koleganya, Xanana Gusmao dan Taur Matan Ruak, belum pernah menduduki jabatan di pemerintahan. Kendati saat ini partai milik Taur, Partido de Libertacao do Povo (PLP), mendukung calon presiden Kalohan, Xanana bersama partainya, CNRT, mendukung Lu Olo.
Calon presiden Kalohan juga yakin menang pemilu satu putaran. Menurut dia, masyarakat negara itu sudah jenuh dengan politik masa lalu yang hanya membahas sejarah, penderitaan, dan perjuangan merebut kemerdekaan.
"Perjuangan merebut kemerdekaan itu bagian dari rakyat, tapi diklaim menjadi kepemilikan sekelompok orang. Itu yang membuat orang bosan," ujarnya.
Selama kampanye, massa pendukungnya lebih besar dibandingkan dengan massa pendukung pesaing terberatnya, Lu Olo. Lu Olo dinilai melakukan mobilisasi massa dari tempat lain sehingga bukan dikategorikan sebagai massa murni. "Massa yang mengikuti saya lebih besar dari massa yang mengikuti Lu Olo dan Xanana," ucapnya.
Perbedaan massa yang cukup besar mulai Distrik Ermera, Ainaro, Suai, Maliana,
hingga Oekusi. "Saya bisa merebut sampai 40 ribu suara di Maliana dan Oekusi," tuturnya.
YOHANES SEO