TEMPO.CO, Washington - Penumpang dari belasan maskapai di kawasan Timur Tengah dan Afrika dilarang membawa laptop dan peralatan elektronik berukuran besar dalam perjalanan menuju Amerika Serikat.
Salah satu pejabat resmi mengatakan kepada CNN langkah itu dilakukan untuk mengatasi masalah keamanan menyangkut penumpang yang melewati penerbangan non stop ke Amerika Serikat dari bandara negara-negara tertentu.
Namun pejabat negara itu tidak menentukan negara mana saja yang dimaksud, dan larangan tersebut akan berlaku dalam jangka waktu terbatas.
"Maskapai penerbangan AS tidak akan terpengaruh karena terbang non-stop ke salah satu bagian yang dipilih," seperti dikutip USA Today dari CNN, Selasa, 21 Maret 2017. Jaringan berita ini menambahkan Departemen Luar Negeri Amerika telah memberitahukan Kedutaan Besar negara yang dimaksud, yang maskapai penerbangannya termasuk dalam daftar terlarang membawa peralatan elektronik.
Namun, upaya untuk memberitahu negara-negara yang terkait tidak meredakan kebingungan para penumpang terkait pemberlakuan larangan. Ketidakpastian ini bermula pada Senin saat maskapai penerbangan Royal Jordanian Airlines secara samar memperingatkan penumpang bahwa laptop, kamera, dan DVD player akan dilarang penggunaannya pada kabin dalam penerbangan menuju Amerika Serikat, dan penumpang harus melewati pemeriksaan.
Larangan penerbangan pesawat Royal Jordanian ini dijadwalkan akan dimulai pada Selasa, 21 Maret 2017 dalam penerbangan menuju New York, Chicago, dan Detroit. Adapun penerbangan Royal Jordanian menuju Montreal, yang diteruskan ke Detroit juga ikut terpengaruh. "Pembatasan tidak berlaku untuk ponsel dan perlengkapan medis yang dibutuhkan selama penerbangan," ujar maskapai penerbangan Royal Jordanian dalam kicauan di akun twitter.
Dalam kicauan yang itu Royal Jordanian mereferensikan larangan berdasarkan instruksi instansi keamanan di AS. Namun mereka tidak merinci lebih lanjut mengenai instansi yang dimaksudkan.
Administrasi Keamanan Tansportasi di AS dan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, yang keduanya melakukan penjaminan keamanan, sama-sama bungkam mengenai tujuan pelarangan elektronik itu. "Kami tidak memiliki kewenangan berkomentar soal kewaspadaan keamanan potensial. Namun kami akan memberitahukan jika ada informasi baru yang relevan,” demikian bunyi pernyataan dari instansi keamanan yang dikutip media.
Sebelumnya, pengetatan pengamanan penerbangan menuju AS pernah terjadi pada awal 2017 setelah Departemen memperingatkan akan bahaya teroris yang mengembangkan strategi baru dengan menyembunyikan bahan peledak di penerbangan. Jika alat elektronik itu tidak bisa dinyalakan maka mereka tidak diijinkan masuk ke dalam kabin.
DESTRIANITA | CNN | USATODAY