TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mulai gencar menggarap pasar affluent atau kelas menengah atas di Indonesia. Segmen ini digarap mengingat jumlahnya yang mencapai puluhan juta orang dengan pendapatan mencapai puluhan juta rupiah.
Corporate Secretary BTN Eko Waluyo mengatakan pasar affluent menempati porsi yang cukup besar dalam komposisi masyarakat di Indonesia. Dari kajian perseroan, jumlah masyarakat di segmen affluent mencapai 70 juta orang dengan rata-rata penghasilan berkisar Rp 7 juta hingga Rp 30 juta per bulan.
“Kami melihat demand masih banyak. Saat ini kami masih menyasar mass market, sedangkan segmen aflluent masih potensial. Ini yang tengah kami garap dengan transformasi yang telah dan akan terus berlanjut,” kata Eko, Rabu, 22 Maret 2017.
Hingga akhir 2016, Eko menjelaskan, Bank BTN telah menyalurkan kredit ke hampir 4 juta debitur. Mayoritas debiturnya merupakan mass market yang setingkat di bawah affluent market.
Potensi jumlah affluent market di Indonesia, menurut Eko, menjadi pasar menarik. Menurut dia, Bank BTN setidaknya ingin menggaet 10 persen dari jumlah tersebut.
Untuk menggarap pasar ini, Bank BTN terus menggelar transformasi, dari segi bisnis, sumber daya manusia (SDM), sampai infrastruktur. Di segi bisnis, perseroan tengah menggenjot transformasi digital untuk menggarap pasar dalam negeri sekaligus mempersiapkan diri di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Transformasi digital sendiri telah digelar sejak 2015 dan ditargetkan rampung pada 2019. Bank BTN juga telah meluncurkan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA), mempercepat proses bisnis, menggenjot layanan digital, dan membuka smart branch untuk menggarap segmen affluent market tersebut.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan saat ini Indonesia tengah mengalami bonus demografi yang telah berlangsung sejak 2012. Bonus demografi ini akan mencapai puncaknya pada 2028-2030. Bagi perekonomian, BPS menilai, bonus demografi menyumbang hingga sepertiga dari pertumbuhan ekonomi.
“Kami meyakini transformasi yang kami lakukan mampu menggarap potensi dari aflluent market, generasi milenial, dan berkah bonus demografi yang tengah dinikmati Indonesia,” ujar Eko.