TEMPO.CO, Jakarta - Pilkada DKI Jakarta putaran kedua diperkirakan bakal makin memanas dua pekan menjelang pencoblosan. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia Denny JA, Rully Akbar, mengatakan akan ada kasus besar yang diungkap untuk menyerang masing-masing pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI.
"Sekarang isu sepi, tapi dua minggu menjelang pemilihan, saya rasa akan ada kasus besar," kata Rully sesaat setelah merilis hasil survei di kantornya, Selasa, 21 Maret 2017.
Prediksi ini berdasarkan pengalaman pada putaran pertama lalu. Saat itu, serangan kepada pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni datang lewat Antasari Azhar. Antasari menyebutkan ayah Agus, Susilo Bambang Yudhoyono, mengetahui kasus pembunuhan Nasarudin Zulkarnaen, yang membuat mantan Ketua KPK itu mendekam lama di tahanan.
Baca: LSI Denny JA Prediksi Ada Kasus Besar Jelang Pilkada Jakarta
Pernyataan Antasari itu langsung membuat elektabilitas Agus-Sylvi anjlok. Terlebih sebelumnya, Sylviana disebut-sebut terlibat korupsi pembangunan masjid di Jakarta.
Berkaca dari manuver politik itu, Rully memprediksi cara-cara yang sama akan dilakukan masing-masing tim pemenangan pada putaran kedua yang menyisakan pasangan calon Basuki-Djarot dan Anies-Sandiaga.
Rully yakin masing-masing tim pemenangan punya senjata untuk menjatuhkan lawannya. Kubu Ahok-Djarot masih terbuka kemungkinan untuk diserang dalam kasus KTP elektronik. Nama Ahok disebut-sebut menjadi bagian dari anggota DPR, yang ikut menerima duit rasuah tersebut.
Adapun kubu Anies-Sandiaga masih bisa diserang dalam kasus Frankfurt Book Fair. Kasus ini telah dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Rully mengatakan, meski kedua kubu sudah membantah terkait dengan kasus-kasus tersebut, serangan masih bisa dilakukan masing-masing
Menurut Rully, saat-saat terakhir biasanya masing-masing tim pemenangan pasangan calon akan memainkan isu. Ia belum secara pasti bisa memprediksikan siapa yang menang nanti. Segala sesuatu, kata Rully, bisa berubah dengan cepat. Terlebih saat ini, banyak isu yang dimainkan di media sosial.
Rully mengatakan 75,2 persen pengguna media sosial yang dia wawancarai mengaku tetap aktif memainkan isu pilkada meski sudah masuk masa tenang kampanye. Sisanya hanya 11,5 persen pengguna media sosial yang tidak aktif soal pilkada saat masa tenang. Survei ini dilakukan terhadap 440 responden di Jakarta pada 27 Februari sampai 3 Maret 2017.
Menurut dia, isu-isu di media sosial cukup signifikan mempengaruhi pemilih. Apalagi saat ini, jumlah pengguna media sosial semakin banyak. Kata dia, lebih tinggi tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat, semakin besar peluang mereka menggunakan media sosial.
AVIT HIDAYAT
Video Terkait:
Sandiaga Uno Laporkan Harta Kekayaan Dirinya ke KPK