TEMPO.CO, Jakarta - Dua tahun pasca-kematian Akseyna Ahad Dori di Danau Kenanga Universitas Indonesia, orang tua merasa tak lagi mendapat perkembangan terbaru dari polisi."Semakin ke sini terasa makin lambat. Saya tidak dapat update lagi perkembangan penyelidikannya bagaimana," kata Mardoto saat dihubungi Ahad, 26 Maret 2017.
Ia mengatakan kontak terakhirnya dengan Kepala Kepolisian Resor Kota Depok Komisaris Besar Herri Heriawan dua pekan lalu. Mardoto menanyakan perkembangan penyidikan kematian anaknya kepada pihak kepolisian.
"Habis itu tidak ada lagi. Waktu itu sih katanya masih jalan penyidikannya dan akan ada temu rutin di sana bahas kasus anak saya," ujarnya. "Tapi, pekan lalu saya kontak lewat telegram dan DM (direct massage) tanya perkembangan belum ada jawaban."
Baca: Dua Tahun Kematian Akseyna, Polisi Belum Punya Bukti Baru
Sedangkan, Mardoto melihat kematian anaknya sudah bukan menjadi atensi lagi bagi Universitas Indonesia. "Mungkin memang ini yang diharapkan? Kasus menghilang dari publik dengan sendirinya," ucapnya.
Baca Juga:
Dugaan kuat Ace dibunuh diungkapkan polisi melihat adanya luka lebam di tubuh Ace akibat hantaman benda tumpul. Selain itu, adanya sobekan dibelakang sepatu Ace yang diduga rusak karena pelaku menyeretnya ke Danau.
Ditambah, analisis Grafolog Amerika Hand Writing Deborah Dewi yang mengungkapkan ada dua orang yang menulis secarik kertas, yang ditemukan teman Ace di kamarnya di Wisma Widya Kelurahan Kukusan, Beji.
Baca: Dua Tahun Misteri Akseyna, Pemilik Indekos Kamar Rugi Rp 14 Juta
Mayat Akseyna ditemukan di Danau Kenanga UI pada 26 Maret 2015. Saat itu diketahui ia masih menggendong tas yang berisi batu. Batu ini diduga untuk menenggelamkan Akseyna. Polisi hingga kini mengatakan belum menemukan bukti baru.
"Sementara belum kami dapatkan (bukti baru)," kata Kepala Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Kepolisian Daerah Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Hendy Febrianto di kantornya, Jumat, 24 Maret 2017 lalu.
IMAM HAMDI|BENEDICTA AVINTA|JH