TEMPO.CO, Jakarta - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada Rabu atau Kamis pagi WIB, 30 Maret 2017, setelah sempat mencapai nilai tertinggi Maret ini pada awal pekan.
Logam mulia tertekan penguatan dolar AS, setelah keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit yang berdampak pada melemahnya mata uang bersama, euro.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman April turun 1,9 dolar AS, atau 0,15 persen, menjadi menetap di 1.253,70 dolar AS per ounce.
Indeks dolar AS, naik 0,3 persen menjadi diperdagangkan di atas 100 pada pukul 19.00 GMT. Ekuitas AS melihat perdagangan bervariasi setelah Dow pada Selasa, 28 Maret 2017, menghentikan kerugian beruntun selama delapan hari.
"Indeks dolar kembali di atas 100, dan emas menguat di atas 1.250 dolar AS," kata Peter Spina, presiden dan chief executive officer GoldSeek.com.
Logam kuning jatuh pada Rabu, 29 Maret 2017, karena pemerintah Inggris Raya secara resmi menyampaikan surat ke Dewan Eropa untuk memulai proses Brexit, mengawali dua tahun perundingan.
Spina juga mengatakan Brexit melemahkan daya tarik euro. "Ketidakpastian di Uni Eropa telah berkembang sejalan dengan tren nasionalis bersama dengan isu-isu ekonomi, membuat dolar AS jauh lebih menarik," ujar dia.
Adapun penguatan greenback, kata Spina, dapat menekan harga komoditas berdenominasi dolar AS seperti emas.
Sementara itu, para pedagang logam mulia akan terus memantau data ekonomi AS untuk petunjuk tentang kecepatan dan waktu kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve.
Presiden Fed Chicago Charles Evans mengatakan pada Rabu, 29 Maret 2017, bahwa ia mendukung satu atau dua lagi kenaikan suku bunga AS tahun ini. Prospek suku bunga yang lebih tinggi menekan emas yang tidak menawarkan imbal hasil (yield), dan mendukung investasi lainnya.
Untuk pengiriman perak pada pengiriman Mei, diperkirakan tetap di kisaran 18,252 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 4,9 dolar AS, atau 0,51 persen, menjadi ditutup pada 952,50 dolar AS per ounce.
ANTARA