TEMPO.CO, SEMARANG - Pangsa sektor pertanian menurun dalam 25 tahun terakhir. Keterbatasan lahan dan jumlah tenaga kerja yang terus menyusut mengakibatkan kontribusi sektor ini anjlok dari 22 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 1991 menjadi tinggal 13 persen pada 2016.
Direktur Eksekutif Departemen Riset Kebijakan Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan masalah ini mendorong inflasi pangan yang semakin fluktuatif. Ketersediaan pangan terhambat oleh keterbatasan produksi, distribusi, dan keterjangkauan harga.
"Produksi ini menyangkut kapasitas, produktivitas petani, insentif, dan data yang tak akurat," kata Dody saat pra-rapat koordinasi pangan, Kamis, 30 Maret 2017.
Sedangkan hambatan pasca-produksi, kata Dody, terkait dengan minimnya ketersediaan gudang penyimpanan dan pengering. Petani juga harus menghadapi rantai pasok yang panjang, serta dominasi pelaku pasar dalam pembentukan harga.
Alih fungsi lahan menjadi ancaman lain kontribusi pangan. Lebih dari setengah jumlah petani di Indonesia hanya memiliki lahan di bawah 1 hektare. Dody mengatakan pengalihan teknologi pangan modern sulit dilakukan dengan aset lahan yang terbatas. Sementara itu, sawah yang beririgasi hanya 50 ribu hektare.
Lembaga Global Harvest Iniatitive memprediksi, untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia pada 2050, produksi pangan harus meningkat dua kali lipat dari saat ini. Sedangkan negara dengan pendapatan rendah terindikasi sulit memenuhi target ini seiring dengan jumlah penduduk yang meningkat. "Kebutuhan pangan akan ada titik akhir. Kalau lahan berkurang, sementara lahan ada titik akhir, jelas kebutuhan manusia akan terganggu," kata Dody.
Pengamat Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Angelina Ika Rahutami mengatakan kepemilikan aset yang rendah menyebabkan minimnya produktivitas. Kelompok rawan pangan bertambah sekitar 4 juta jiwa per tahun. Sedangkan kecepatan alih fungsi lahan pertanian rata-rata 110 ribu hektare per tahun. "Potensi kehilangan produksi padi sampai 506 ribu ton per tahun," katanya. Ika meminta Kementerian Agraria membatasi alih fungsi lahan per tahun.
Bank Indonesia yakin, upaya swasembada pangan dengan program cetak sawah baru dan irigasi di berbagai wilayah mampu mendongkrak produksi pangan melebihi jumlah penduduk. Target ini diprediksi tercapai pada 2020, yaitu dengan total produksi pangan 50 juta ton untuk kebutuhan 300 juta jiwa.
Menteri Pertanian Andi Sulaiman menjamin stok beras 1,9 juta ton cukup untuk memenuhi kebutuhan 8 bulan ke depan. Ia mengklaim jumlah tersebut lebih banyak dibanding tahun sebelumnya, yang hanya 1 juta ton. Arman meminta Bulog menyerap sekaligus menjadi penyeimbang harga hingga di tingkat konsumen. "Kami harus menyerap. Solusi yang bisa menyelesaikan adalah menyerap. Regulasi yang ada kami perbaiki."
PUTRI ADITYOWATI