TEMPO.CO, Jakarta -Jembatan Gantung Kuning di Klungkung, Bali, yang dikenal sebagai Jembatan Cinta sudah kembali berfungsi. Jembatan yang menghubungkan Pulau Lembongan dengan Pulau Nusa Ceningan ini sebelumnya runtuh sehingga akses masyarakat terputus.
Peresmian renovasi Jembatan Cinta dilakukan pada Jumat lalu oleh Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Arie Setiadi Moerwanto, bersama Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta dan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta. "Kami turut berduka cita atas musibah runtuhnya jembatan yang menyebabkan korban jiwa," kata Arie Setiadi dalam siaran persnya, Sabtu, 1 April 2017.
Baca: Penyedia Aplikasi Tanggapi Dingin Aturan Taksi Online
Jembatan Gantung Kuning atau Jembatan Cinta memiliki panjang 138 meter dan lebar 1,8 meter. Jembatan ini terdiri dari tiga bentang, yakni sepanjang 24 meter, 90 meter, dan 24 meter. Setelah runtuh, jembatan ini kembali dibangun pada 10 November 2016 dan selesai pada 9 Maret 2017.
Pembangunan kembali jembatan sepanjang 138 meter tersebut menggunakan dana APBN sebesar Rp 3,4 miliar. Arie berharap dengan dibangunnya kembali jembatan dapat membantu mobilitas warga dan meningkatkan pariwisata di Klungkung.
Arie menambahkan perbaikan dari jembatan tersebut dilakukan dengan menggunakan bangunan bawah yang sudah ada melalui beberapa penyesuaian dan bangunan atas menggunakan rangka dari stok yang ada, sehingga pelaksanaan permbangunan Jembatan Kuning bisa dilakukan lebih cepat.
Simak: Bali Tetapkan Tarif Batas Atas Taksi Online Rp 6.500 per Km
Menurut Arie, status jembatan masih partially hand over (PHO), yaitu masih dilakukan pengawasan dan pengecekan oleh pemerintah pusat dan dalam empat bulan ke depan baru diserahkan kepada pemerintah daerah. "Yakni penyerahan aset ke pemerintah daerah."
Arie mengimbau seluruh elemen masyarakat memelihara dan menjaga jembatan gantung ini, agar dapat berfungsi dengan baik sesuai umur rencananya. "Hindari aktivitas yang dapat membahayakan jembatan seperti mengeruk tanah di sekitar jembatan atau membuang sampah di jembatan."
DIKO OKTARA