TEMPO.CO, Yogyakarta - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) menyiapkan Bandara Adisutjipto menjadi pusat perawatan pesawat dan fungsi lain di masa depan. Perubahan fungsi Adisutjipto ini akan dilakukan menyusul dibangunnya bandara komersial baru di Kabupaten Kulon Progo.
“Adisutjipto bakal diarahkan untuk pusat perawatan pesawat, karena bengkel pesawat ini belum ada di Yogya,” ujar Komandan Landasan Udara Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Novyan Samyoga ditemui komplek Kantor Gubernur DIY Kepatihan Yogyakarta, Selasa 4 April 2017.
Samyoga menuturkan, dengan beroperasinya bandara Kulon Progo pada 2019, Bandara Adisutjipto diproyeksikan juga bakal memiliki fasilitas semacam Garuda Management Facilities (GMF) seperti yang ada di Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng.
Bengkel perawatan pesawat menjadi kebutuhan mendesak karena bandara di Kulon Progo berkelas internasional. ‘Jika ada pesawat mengalami persoalan, tak perlu menunggu lama perbaikannya seperti saat kasus Garuda Indonesia tergelincir kemarin,” ujar Samyoga.
Pada awal Februari 2017, pesawat Garuda Indonesia mengalami gagal terbang akibat tergelincir di Bandara Adisucipto karena cuaca buruk. Garuda juga sempat gagal terbang lagi di Adisutjipto akhir Maret 2017 lalu karena masalah kelistrikan.
“Seandainya bengkel pesawat itu ada di Yogya, perbaikan kami kira sehari bisa jadi, tak harus menunggu tim dari Jakarta dan perbaikannya menunggu waktu sampai seminggu,” ujar Samyoga.
Selain menjadi pusat perawatan pesawat, Adisutjipto juga diproyeksikan menjadi bandara pendaratan tamu-tamu penting kenegaraan, seperti presiden dan pejabat Negara lain. Adisutjipto juga dioptimalkan menjadi pusat pendidikan dan pelatihan penerbangan TNI AU sepenuhnya.
Dengan masih beroperasinya Adisutjipto sebagai bandara komersial, lahan untuk pendidikan dan pelatihan penerbangan Lanud Adisutjipto saat ini sangat terbatas. Pesawat yang beroperasi untuk latihan pun jumlahnya harus dibatasi. Saat ini Lanud Adisutjipto masih menggunakan jenis pesawat KT-I B Wong Bee dan pesawat Grob G120TP-A.
“Tidak menutup kemungkinan jika runway Adisutjipto ditambah, pesawat tempur seperti F-16 atau Sukhoi bisa mendarat juga di sini,” ujar Samyoga.
Meski bandara Kulon Progo telah dibangun di pesisir selatan DIY, pengamanan dan pengawasan teritori udara tetap akan dipusatkan di Lanud Adisutjitpto.
Samyoga mengatakan TNI AU berencana menambah personil untuk Satuan Radar 215 Congot. Selama ini Satuan radar itu memiliki pos pantau di wilayah Wates Kabupaten Kulon Progo sebagai unit yang lebih intens memantau wilayah teritori udara di atas bandara Kulon Progo.
Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha PT. Angkasa Pura 1 Mochammad Asrori menuturkan, bandara Adisutjipto Yogya memang sudah tak layak menampung lonjakan wisatawan sehingga perlu bandara Kulon Progo yang lebih memadai.
“Targetnya bandara Kulon Progo dengan runway lebih panjang bisa dimasuki pesawat model Boeing B 380 yang berkapasitas 544 penumpang dan B 777 yang berkapasitas 396 penumpang,” ujarnya.
Di Bandara Adisutjipto Yogya sendiri kunjungan turis manca lewat bandara tercatat meningkat 37 persen pada 2016 lalu. Turis yang masuk Yogya via bandara tercatat 114 ribu orang dari tahun sebelumnya 83 ribu orang.
"Tahun 2017 ini untuk bandara Yogya kami target turis masuk 130 ribu orang," ujar Asrori.
PRIBADI WICAKSONO