TEMPO.CO, Lumajang - Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru memasang rambu-rambu, termasuk rambu tengkorak, di kawasan puncak Mahameru, kendati pendakian hanya dibatasi hingga Pos Kalimati. Pihak taman nasional berdalih rambu-rambu itu dipasang untuk kepentingan petugas taman nasional.
Baca: Pendakian Semeru Baru Dibuka mulai April
Kepala Bidang Pengelolaan Wilayah II Taman Nasional BTS di Kabupaten Lumajang, Achmad Susdjoto, mengatakan petugas taman nasional juga rentan tersesat di Gunung Semeru. “Bukan hanya pendaki yang rentan tersesat, melainkan petugas juga rentan,” kata Achmad, kemarin.
Achmad juga tidak memungkiri ihwal kemungkinan pendaki yang akan menerabas larangan mendaki ke puncak Mahameru. “Mendaki hingga ke puncak Mahameru adalah tantangan bagi para pendaki Semeru,” katanya. Ketika mereka berhasil mencapai Pos Kalimati, puncak Mahameru yang tampak dari pos Kalimati seperti melambai-lambai, menggoda pendaki menapakinya. Mau tidak mau, pihak taman nasional harus mengantisipasi terjadinya insiden, seperti pendaki hilang, dengan memasang rambu.
Pemasangan rambu dan penunjuk arah diprioritaskan di kawasan puncak atau di batas vegetasi hingga ke puncak Mahameru. Di jalur ini, para pendaki kerap terkecoh saat menapaki jalur pendakian berpasir, mulai batas vegetasi hingga puncak Mahameru. Medan berpasir dan berbatu di trek terakhir menuju puncak itu kerap berubah karena alam. Akibatnya, patokan baku sulit dibuat, kecuali pendaki sudah berpengalaman.
Kejadian pendaki hilang kerap didahului karena pendaki kehilangan arah ketika tertinggal rombongan. Kerap juga pendaki seperti mengikuti seseorang di depannya padahal ternyata orang yang diikuti itu tidak nyata alias imajinasi pendaki sendiri. Kehilangan arah, kata Achmad, bisa jadi karena pendaki sudah kelelahan dan bisa akibat faktor alam, seperti kabut tebal dan badai.
Rambu-rambu juga dipasang di tempat-tempat yang rawan, seperti jalur yang mengarah ke jurang Blank 75 yang kerap menimbulkan korban jiwa. “Mungkin akan dipasang rambu, bisa bergambar tengkorak,” kata Budi Mulyanto, Kepala Seksi Taman Nasional.
DAVID PRIYASIDHARTA