TEMPO.CO, Jakarta - PT Adhi Karya (Persero) Tbk telah menghabiskan dana Rp 3 triliun untuk proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) tahap I. Hingga kini, menurut Direktur Utama Adhi Karya
Budi Harto, progress proyek tersebut telah mencapai 15 persen.
"Akhir tahun ini, (progress) ditargetkan mencapai 45 persen," kata Budi saat ditemui usai rapat koordinasi terkait proyek LRT di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta Pusat, Rabu, 12 April 2017.
Baca Juga: Bank Mandiri Kucurkan Rp 5 T untuk Proyek LRT Jabodetabek
Pada 10 Februari lalu, PT Adhi Karya menandatangani kontrak pembangunan LRT Jabodebek) tahap I. Nilai investasi prasarana untuk proyek ini mencapai Rp 23,3 triliun. Adapun nilai investasi sarana sekitar Rp 3,7 triliun.
Untuk membiayai proyek ini, pemerintah telah menggelontorkan dana Rp 1,4 triliun untuk Adhi Karya dan Rp 2 triliun untuk PT KAI (Persero) lewat penyertaan modal negara dalam APBN 2015. KAI akan kembali mendapatkan PMN sebesar Rp 5,6 triliun
untuk mendanai proyek tersebut.
Sisanya, yakni sebesar Rp 18 triliun, akan dibiayai oleh perbankan. Menurut Budi, dana tersebut akan disediakan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero).
Dana investasi sarana, Budi mengatakan, akan dialokasikan untuk membeli rangkaian kereta LRT. 32 Set kereta bisa didapatkan dari dana sebesar Rp 3,7 triliun tersebut. "Kalau Adhi hanya membangun depo saja," ujar Budi.
Simak: Ini Pilihan Skema Pembiayaan Proyek LRT dari ...
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan, Adhi Karya akan mengerjakan proyek LRT yang dimiliki oleh KAI sebagai investor. "Adhi Karya juga membangun depo dari PMN yang ada. Nanti KAI membayar atas depo itu," ujar Budi saat
ditemui di tempat yang sama.
ANGELINA ANJAR SAWITRI