TEMPO.CO, Teheran – Bekas Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad, Rabu, 12 April 2017, mendaftarkan diri menjadi presiden pada pemilihan umum Mei 2017.
Sikap Ahmadinejad, yang dikenal sebagai kaum garis keras, menjadi tantangan bagi Pemimpin Agung Iran, Ayatullah Ali Khamenei, yang memintanya tidak maju.
Baca juga: Penyelundup Senjata ke Iran Pernah Berfoto Bersama Ahmadinejad
Pendaftaran peserta pemilihan presiden yang diselenggarakan pada 19 Mei 2017 dimulai sejak Senin, 11 April 2017, hingga lima hari.
Setelah seluruh peserta terdaftar mereka akan menjalani proses verifikasi politik dan memasuki babak kualifikasi oleh badan pemeriksa Dewan Pengawal Revolusi.
Pria yang menjadi Presiden Republik Islam Iran keenam pada 2005 ini dikenal berhaluan keras. Retorikanya kuat menantang Amerika Serikat dan Israel.
Baca juga: Jilat Ludah Sendiri, Ahmadinejad Punya Akun di Twitter
”Dia juga berambisi Iran memiliki program pengembangan nuklir,” demikian ditulis BBC.
Ketika terpilih menjadi presiden untuk jabatan keduanya pada 2009, Ahmadinejad menuai kecaman internasional menyusul kerusuhan terburuk di Iran sejak Revolusi 1979.
Baca juga: Pesan Rahasia Obama untuk Pemimpin Iran Bocor, Ini Isinya
Kekacauan politik tersebut dipicu oleh sikap kelompok reformis dan moderat. Mereka meminta pemilihan umum diulang karena mereka melihat banyak kecurangan sehingga Ahmadinejad terpilih kembali.
Namun kerusuhan itu reda ketika Pemimpin Agung Ayatullah Ali Khamenei turun tangan. Khamenei, selaku pemegang kata akhir, meminta semua pihak menerima hasil pemilu. Menurut dia, suara yang diperoleh Ahmadinejad valid sehingga dapat diambil sumpahnya sebagai presiden untuk masa bakti kedua kali.
REUTERS | BBC | CHOIRUL AMINUDDIN