TEMPO.CO, Jakarta -Penguin, unggas yang berjalan berlenggak-lenggok dengan langkah kecil, tampak begitu menggemaskan. Namun siapa yang tahu jumlah hewan ini di tempat tinggalnya di Antartika alias Kutub Selatan. Ternyata populasinya mencapai belasan juta.
Ilmuwan bahkan pernah salah menghitung jumlah salah satu spesies penguin, penguin Adelie (Pygoscelis adeliae), di Antartika timur hanya 2,3 juta ekor. Namun ternyata jumlahnya dua kali lipat: 5,9 juta.
Tim ilmuwan yang dipimpin Louise Emmerson, pakar ekologi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Energi Australia, menghitung populasi P. adeliae yang tinggal di Antartika timur menggunakan metode gabungan. Metode gabungan ini dilakukan dengan survei tanah dan udara, penandaan data, kamera, dan citra satelit selama musim berkembang biak.
Penghitungan tersebut adalah yang pertama memasukkan kawanan penguin yang belum memasuki masa kawin (nonbreeding). “Kelompok inilah yang tidak masuk ke dalam survei-survei sebelumnya,” demikian menurut Emmerson dalam laman situs pemerintah Australia, pertengahan Maret lalu.
Tujuan penelitian ini adalah agar ke depan bisa diambil kebijakan mengenai ekosistem penguin, khususnya rantai makanan mereka. Komisi Konservasi Antartika akan menggunakan data tersebut untuk membuat peraturan proses tangkap ikan di sekitar Antartika.
Para peneliti memperkirakan bahwa semua penguin Adelie memakan 193.500 ton udang krill dan 18 ribu ikan setiap musim kawin. Dengan perkiraan yang lebih komprehensif, lembaga otoritas mampu menetapkan batas perikanan tangkap untuk memastikan populasi penguin tetap stabil.
Menurut Emmerson, unggas nonbreeding lebih sulit dihitung. Sebab, mereka lebih memilih mencari makan di laut, berpencar di segala penjuru daratan Antartika, ketimbang diam di sarang. Penelitian Emmerson bersama timnya ternyata menunjukkan bahwa jumlah penguin Adelie nonbreeding sangat berlimpah.
Berdasarkan penghitungan terbaru dari Emmerson dan tim, jumlah P. adeliae sekitar 5,9 juta. Adapun populasi penguin global mencapai 14-16 juta. Spesies ini tinggal hampir di seluruh pantai Antartika dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Selain populasi, riset mengungkapkan bahwa penguin yang sedang tidak masuk fase kawin ternyata mencari daerah berbatu yang bebas es untuk tinggal. Atau daerah yang dekat dengan aktivitas manusia. Di Antartika, manusia hanya tinggal di Stasiun Penelitian Amundsen–Scott yang terletak di dataran tinggi timur Antartika.
Kawasan penelitian ini termasuk daerah yang berbatu. Para ilmuwan yang tinggal di sana memerlukan jalan berbatu agar bisa dilewati kendaraan. Ada sembilan stasiun lain selain Amundsen-Scott. Kebanyakan ilmuwan yang pernah melakukan penelitian di sana mengatakan penguin Adelie kerap terlihat di radius 10 kilometer dari stasiun.
“Dengan data ini, kita juga tahu daerah mana saja yang tidak boleh didirikan bangunan stasiun baru,” kata Colin Southwell, pakar ekologi unggas laut di Australian Antarctic Division.
ANTARTICA.GOV.AU | AMRI MAHBUB