TEMPO.CO, Makassar -Tablig akbar Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bertajuk Masirah Panji Rasulullah yang rencananya digelar di Lapangan Karebosi dan Menara Bosowa, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Ahad, 16 April 2017, akhirnya dibubarkan aparat polisi. Tak lama dalam proses pembubaran terjadi keributan dengan ormas lain.
Organisasi kemasyarakatan Hizbut Tahrir Indonesia tetap ngotot melakukan tablig akbar di Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, pada Ahad, 16 April 2017. Akibatnya terjadi keributan dengan puluhan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Gerakan Pemuda Ansor, sekitar pukul 10.54 Wita.
Baca : Ricuh Tablig Akbar, Massa HTI dan Banser Ansor Bentrok di Makassar
Berdasarkan pantauan, di sepanjang jalan Jenderal Sudirman berdekatan dengan Lapangan Karebosi dan Menara Bosowa massa HTI sudah memadati lokasi itu, namun diseberang jalan dekat Monumen Mandala, massa GP Ansor juga bersiap untuk membatalkan kegiatan itu.
Namun meski dicegah, kericuhan tetap pecah, saat massa HTI sebelumnya berorasi di jalan Sudirman dan meninggalkan lokasi tersebut, lalu dihadang massa GP Ansor dan Banser.
Saat ribuan anggota HTI mencoba melakukan orasi terlihat ratusan anggota Banser Ansor yang lengkap dengan pakaian militernya mencoba menghadang. Begitu pula dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang juga turut menghalau kelompok HTI.
Namun kelompok HTI yang dipimpin Panglima Laskar Front Pembela Islam Sulawesi Selatan, Abdurrahman, melakukan perlawanan dengan mengacungkan bambu yang terikat bendera sehingga terjadi bentrok.
Setelah bendera serta umbul-umbul yang dibawa HTI diturunkan massa aksi lainnya yang bersebrangan, kontak fisik pun tidak dapat dihindari.
Terjadilah saling dorong, dan kondisi makin memanas ketika massa HTI tetap mempertahankan umbul-umbul Islam dan berteriak khilafah.
Melihat kejadian itu, aparat yang sudah berjaga-jaga membubarkan dua massa aksi yang berseteru tersebut. Kendati polisi bersenjata lengkap awalnya kewalahan membubarkan dua kelompok bersitengang itu karena keduanya ngotot, namun tetap dibubarkan paksa.
Kedua kelompok ini kemudian menarik diri, saat polisi mulai refresif menekan massa. Usai bentrokan polisi melakukan pengawalan ketat kepada dua kelompok yang berseberangan itu pulang untuk meninggalkan lokasi kejadian. Kondisi lalu lintas pun kembali normal.
"Alhamdulillah kegiatan tadi tidak dilakukan di Lapangan Karebosi dan Menara Bosowa. Kita hanya ingin menegakkan bela negara saja," ucap Ketua Gerakan Pemuda Ansor Sulawesi Selatan Muhammad Tonang, Ahad, 16 April.
Menurut dia, insiden itu terjadi karena salah komunikasi saja. Awalnya Banser yang diturunkan sekitar 200 orang itu hanya ingin menghadang dan mengambil bendera HTI. "Tapi mereka tak mau lepas sehingga terjadi gesekan," tutur dia. "Ada juga penyusup yang masuk akibatnya terjadi benturan. Massa juga ada bawa bambu."
Dikonfirmasi terpisah, juru bicara Hizbut Tahrir Sulawesi Selatan, Dirwan Abdul Jalil, enggan berkomentar. Namun sebelumnya ia mengakui tetap akan menggelar aksi karena merupakan hak berpendapat setiap warga negara.
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Makassar Komisaris Besar Endi Sutendi mengatakan bentrok antar ormas Islam yakni Hizbut Tahrir dan Banser GP Ansor hanya karena kesalahpahaman saja.
"Itulah kita selalu imbau agar ormas-ormas tetap menahan diri dan tak melakukan aksi yang bisa memicu bentrok," ucap Endi pada Ahad, 16 April 2017.
DIDIT HARYADI | ANTARA