TEMPO.CO, Denpasar - Pegiat teater di Bali, Muda Wijaya, berjalan menenteng bendera merah putih di depan Monumen Bajra Sandhi, Denpasar. Ia membaca puisi Sutardji berjudul Tanah Air Mata.
Tak lama kemudian ia meneaterkan peristiwa penyiraman air keras yang dialami penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan. "Tanamkan kejujuran pada anak-anakmu. Sebab kejujuran, akan membuat anak-anakmu bersikap adil dan berani," katanya saat berteater, Ahad, 16 April 2017.
Aksi teatrikal itu sebagai bentuk solidaritas untuk menuntut pengusutan kasus teror yang dialami Novel Baswedan. Pementasan itu pun menarik antusiasme warga Denpasar yang sedang ber-jogging di area car free day seputaran lapangan Niti Mandala Renon.
Baca: Spekulasi Penyerangnya, Novel Baswedan: Sebulan Dikuntit Orang
Kepala tiga orang yang menyiram Muda Wijaya saat berteater dibungkus kantong plastik. Itu bukan semata tanpa pesan, hal tersebut merupakan kritik agar pihak kepolisian mampu segera mengusut tuntas pelaku penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan.
"Jangan sampai kasus (teror) ini seperti plastik yang lama mengurai," tutur Muda Wijaya.
Aksi solidaritas #SaveKPK itu dilaksanakan oleh puluhan orang yang terhimpun dalam Aliansi Masyarakat Bali Anti Korupsi (AMBAK). Di antaranya Yayasan Manikaya Kauci, LBH Bali, PBHI Bali, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar, Solidaritas Jurnalis Bali, Balebengong.net, dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Denpasar.
Koordinator AMBAK, Nyoman Mardika, saat berorasi mengatakan seluruh masyarakat Indonesia harus bersolidaritas melawan upaya pihak-pihak yang ingin melemahkan KPK. "Kita tidak bisa menonton saja. Novel Baswedan pernah mengalami beberapa kali teror, dia tetap konsisten melawan korupsi," ujarnya.
Mardika menjelaskan pengawasan dari masyarakat penting agar tidak terjadi abuse of power. "Jadi penguasaan yang luar biasa terhadap penegakan hukum," katanya. Maka ia berharap adanya tim independen untuk mengusut kasus teror Novel Baswedan.
Simak juga: Polisi Bubarkan Kegiatan HTI Kalimantan Selatan di Banjarmasin
Adapun Ketua AJI Denpasar Hari Puspita menyebut teror penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan sebagai cara-cara primitif. Menurut dia, masyarakat bukan hanya melakukan pengawalan saja terhadap upaya pengusutan yang dilakukan pihak kepolisian.
"Perlu tekanan juga dari masyarakat agar polisi bisa menjaga marwah ikut membantu pemberantasan korupsi," ujarnya.
Penyidik KPK, Novel Baswedan, disiram air keras oleh dua orang tak dikenal seusai salat subuh berjemaah di masjid sekitar rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa, 11 April 2017. Novel kini dirawat di Singapura.
BRAM SETIAWAN