TEMPO.CO, Istanbul -Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kemenangan pemilih Ya dalam referendum perubahan konstitusi Turki dengan sendirinya telah menyelesaikan konflik selama 200 tahun dalam sistem pemerintahan negara itu.
"Ini adalah tanda bahwa warga negara ini telah mengutamakan dan melindungi masa depan bangsa yang lebih baik," kata Erdogan dalam pidato kemenangan di Istana Huber, Istanbul.
Baca juga: Partai Oposisi Turki Tolak Hasil Referendum
Erdogan mengatakan Turki telah mengubah sistem pemerintahan melalui sarana sipil untuk pertama kalinya dalam sejarah republik itu, yakni referendum.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Turki telah memutuskan sebuah perubahan penting dengan berdasarkan pada kehendak warga sipil,” kata Erdogan.
Di masa lalu perubahan konstitusi dan sistem pemerintahan Turkii diputuskan dalam kondisi luar biasa seperti perang kemerdekaan atau pada saat kudeta.
Baca juga:Referendum Turki, Strategi 'Serigala Betina' Melawan Erdogan
Erdogan dalam kesempatan itu juga menggarisbawahi dengan perubahan dari sistem perlementer ke presidensial, maka akan memisahkan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Menurutnya, ketiga unsur utama dalam pemerintahan akan bekerja sama dalam satu bangsa, satu bendera dan satu negara yang sama.
Lebih lanjut Erdogan menjelaskan bahwa kemenangan itu bukan hanya merupakan kemenangan bagi sekitar 25 juta warga yang menginginkan sistem pemerintahan diubah, melainkan bagi seluruh 80 juta warga Turki. Tak lupa Erdogan menyinggung peran penting para diaspora Turki atas kemenangan tersebut.
Seperti yang dilansir Anadolu Agency pada 17 April 2017, sistem baru tersebut akan mulai diberlakukan setelah pemilihan umum 2019 mendatang.
Hasil perhitungan resmi referendum perubahan konstitusi pada Minggu 16 April 2017, sebanyak 51,41 persen atau lebih dari 25 juta memilih Ya. Sedangkan sisanya yakni 48, 59 persen atau lebih dari 23 juta suara memilih Tidak.
ANADOLU AGENCY|YON DEMA