TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo menyampaikan soal isu SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) yang terjadi di berbagai negara dalam peringatan 62 tahun Konferensi Asia Afrika. Ia pun meminta baik negara maupun bangsa Asia Afrika agar tidak terpengaruh isu SARA.
"Dan, kepada seluruh rakyat Indonesia, saya berpesan juga agar jangan mudah tergoda isu SARA," ujar Jokowi saat membacakan pidato di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 18 April 2017.
Baca: Turunkan Tensi Pilkada DKI, Jokowi Disarankan Panggil Tim Sukses
Seperti diketahui berbagai isu SARA tengah terjadi di banyak negara. Salah satunya di Indonesia atau lebih tepatnya di Jakarta menjelang putaran kedua pilkada DKI Jakarta.
Menjelang putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, berbagai isu SARA digunakan untuk menarik suara atau dukungan terhadap kedua calon yang akan bertarung yaitu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat serta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Salah satunya adalah ancaman bagi pemilih Ahok-Djarot adalah jenazahnya tidak akan disalatkan karena memilih pemimpin nonmuslim.
Bahkan, survei dari Populi Center pada April ini menunjukkan bahwa warga Jakarta mengaku khawatir dengan semakin banyaknya isu SARA. Perhitungan lembaga survei itu menunjukkan 71 persen warga Jakarta khawatir menguatnya isu SARA.
Baca juga: Jokowi Menjelaskan Pentingnya Kebut Proyek Kereta Bandara
Jokowi menyampaikan bahwa isu SARA bisa memperlemah bangsa apabila tidak ditangani. Jika bangsa sudah lemah, maka ke depannya akan mudah dipecah-belah. Oleh karena itu, ia berharap isu SARA jangan ditolerir oleh siapa pun.
Kalau perlu, presiden menambahkan, isu SARA dilawan secara langsung. Ia berkata, tidak ada tempat untuk intoleransi atas nama apa pun di Indonesia. "Perkuat komitmen menjaga nilai Indonesia, Bhineka Tunggal Ika," ujarnya.
Jokowi menambahkan, Indonesia saat ini dipandang sebagai rujukan utama dari berbagai negara dalam mengelola keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan. Jadi, kata dia, jangan sampai nilai lebih Indonesia itu hilang akibat isu SARA. "Politik luar negara Indonesia adalah menyuarakan perdamaian dunia," ujarnya.
ISTMAN M.P