TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Suprajanto, mengatakan likuiditas pada kuartal I 2017 agak ketat. Rasio kredit atau loan to deposit ratio (LDR) dibandingkan dengan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 93,15 persen atau naik 434 bps secara tahunan.
Suprajarto mengatakan likuiditas ketat disebabkan oleh pertumbuhan DPK yang tidak terlalu tinggi sehingga belum bisa diharapkan menopang ekspansi kredit secara maksimal. BRI sudah menyiapkan beberapa strategi untuk menaikkan DPK. "Kami akan meminta otoritas merelaksasi beberapa aturan yang terkait dengan LDR," kata dia di Gedung BRI I, Jakarta, Kamis, 20 April 2017.
Baca: Simak Penjelasan Bank BRI Sebelum Tagih Janji Anis DP Rp 0
Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo, mengatakan rencana tersebut masih digodok. Salah satunya adalah permintaan relaksasi giro wajib minimum (GWM).
GWM perbankan saat ini sebesar 6,5 persen. "Jika bisa dilonggarkan 5 persen secara industri, bisa menambah likuiditas sebesar Rp 50 triliun," ujarnya.
Baca: Kuartal I-2017, Laba Bersih BRI Capai Rp 6,47 Triliun
Wakil Direktur Utama BRI, Sunarso, mengatakan penyebab LDR tinggi lainnya adalah dana mahal bank yang masih cukup banyak. "Ke depan kami akan mengurangi dana mahal agar cost of fund turun," katanya.
Sunarso mengatakan LDR sebesar 93 persen bukan berarti jelek. Berdasarkan aturan, LDR bank di atas 78-92 persen harus diimbangi dengan CAR di atas 14 persen.
Pada kuartal I 2017, CAR BRI sebesar 20,86 persen atau naik dibandingkan dengan kuartal I 2016 yaitu 19,49 persen. BRI menargetkan penurunan LDR hingga 92 persen sampai akhir tahun.
VINDRY FLORENTIN