TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengapresiasi terpilihnya dua gubernur baru untuk memimpin Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Ia mengakui, usai keduanya terpilih, Tom mendapati banyak pertanyaan terkait hasil pemilu terhadap iklim investasi terutama di Jakarta.
“Menurut saya ini positif, karena pilkadanya tertib, aman dan damai. Ini kan keunggulan dari demokrasi. Kalau orang punya unek-unek bisa dikeluarkan melalui demonstrasi, nyoblos. Dibandingkan dengan negara otoriter, di mana unek-uneknya dipendam, sampai meledak,” tutur Tom Lembong di Hotel Shangri La, Kamis, 20 April 2017.
Baca: BKPM: AS Akan Perkuat Investasi Digital di Indonesia
Selain itu ia memandang dua pemimpin baru tersebut memiliki kapabilitas untuk memimpin Jakarta. “Pak Anis, Pak Sandi, dua profesional yang capable dan saya yakin akan ada kerjasama yang baik antara pemerintah DKI di bawah kepemimpinan mereka dengan Pemerintah Pusat,” kata dia.
Tom mengaku meski pilkada di DKI sempat diwarnai dengan isu suku, agama, dan ras, menurut dia hal tersebut masih dapat dikontrol dengan baik. Hal tersebut yang membuatnya dapat meyakinkan investor untuk kenyamanan berinvestasi. “Memang sempat menjadi isu di dalam pilkada. Tetapi saya sampaikan kepada audience hari ini, nahwa secara umum Indonesia merupakan negara yang memiliki toleransi progresif,” kata dia.
Baca: Anies-Sandi Pimpin Jakarta, Bos Lippo Ajukan Permintaan
Ketua Dewan Pengurus Harian Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menambahkan, ada baiknya setelah pilkada selesai, Anies Sandi dapat segera mungkin melakukan rekonsiliasi dengan Basuki-Djarot untuk bersama-sama dengan pemerintah pusat dan Partai Politik pendukung untuk kembali bersama menata Jakarta.
“Yang dikhawatirkan itu apa yang terjadi di Jakarta diduplikasi ke daerah lain. Bahwa faktor suku dan agama bisa memenangkan kontes. Jadi ke depannya seperti apa,” kata dia.
Menurut Shinta, sebagai gubernur baru, Anies melihat kesempatan dan peluang bisnis di Jakarta sangat besar di pengembangan properti. Namun di samping itu, Anies juga harus mengetahui betul di mana area Jakarta yang memerlukan masterplan yang jelas. Karena di Jakarta banyak dijumpai daerah kumuh, dan kurangnya daerah hijau, sehingga rancangan pembangunan harus disusun secara menyeluruh.
“Mau seperti apa, apa yang bisa dibangun, apa yang tidak bisa dibangun, bagaimana memaksimalkan area untuk mengembangkan bisnis yang lebih besar, dan itu semua harus ada faktornya, masyarakat bawah, menengah, atas itu harus di cover, jadi saya rasa itu isu yang menjadi perhatian,” ucap Shinta.
DESTRIANITA