TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuannya dengan seorang pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Ruteng di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, membawa perubahan besar pada Mesty Ariotedjo. Dokter berusia 27 tahun ini terdorong berbuat lebih bagi pasien yang tak memiliki biaya.
"Saat itu pasien meninggal karena tak mendapat perawatan lanjutan," kata Mesty ketika berbincang dengan Tempo di apartemennya di Jakarta, Selasa 11 April 2017. Alasannya klise, keluarganya tak memiliki biaya. Baca: Dian Sastro Gonta-ganti Peran Sampai Akhirnya Jadi Kartini
Di Ruteng, kata Mesty, biaya kesehatan tak murah karena persoalan jarak dan fasilitas yang tak memadai. Banyak pasien yang mengurungkan niat untuk menjalani perawatan lanjutan karena tak punya biaya. Pasien itu polisi perempuan korban tabrak lari. Menurut Mesty, pasien itu mengalami perdarahan otak dan harusnya menjalani bedah syaraf. Ketiadaan ongkos membuat keluarganya pasrah sehingga pasien itu meninggal. Baca juga: Bicara Kartini, Menteri Khofifah Sebut Megawati
Insiden tragis di tahun 2012 itu menggerakkan hati Mesty. Hampir setahun bertugas di Ruteng, Mesty menyaksikan banyak pasien dari keluarga miskin sehingga tak mampu mengongkosi perawatan dan pengobatan. "Itu membuat saya ingin berbuat lebih," kata dia. Artikel terkait: Kartini, Antara Kebaya dan Edukasi Habis Gelap Terbitlah Terang
Dari situlah muncul ide untuk mengumpulkan donasi bagi pasien yang tak punya ongkos. Terutama pasien yang selama ini belum terjangkau oleh bantuan pemerintah. Ide Mesty itu disambut oleh rekannya, Gigih Rezki Septianto, yang ahli di bidang teknologi informatika. Mereka mendirikan situs crowdfunding bernama Wecare.id. Di situs ini, donatur bisa memberikan bantuannya kepada pasien.
Pada Oktober 2015, Wecare.id resmi berdiri. Perlu dua bulan bagi Mesty untuk menyiapkannya, ketika itu. Sejumlah rekan Mesty dan relawan pun bergabung. Pada langkah awal, Mesty dan rekan-rekannya menyiapkan start up untuk menghimpun dana. Selain itu, Wecare.id perlu kepercayaan dari banyak orang dan lembaga lain yang hendak menyumbang.
Keberlanjutan Wecare.id juga tak mudah karena situs ini nirlaba. Biaya operasional juga diperoleh dari donator dengan nilai 10 persen dari rencana pendanaan. Dia bersyukur hingga saat ini Wecare.id tetap berjalan. Sejak berdiri, Wecare.id telah membantu 172 pasien. Situs ini juga telah mengumpulkan dana sekitar Rp 1,5 miliar dari 3.740 donatur.
Mesty ingin mengembangkan Wecare.id untuk bisa membantu lebih banyak pasien. “Kami ingin masyarakat bisa mendapat akses kesehatan yang optimal. Sehat adalah hak semua orang,” ujarnya. Dia ingin Wecare.id membuka banyak cabang di kota selain Jakarta.
KORAN TEMPO
Artikel lain:
Pesan Menteri Perempuan untuk Kartini Muda
Festival Kartini Peselancar Pakai Kebaya, Konsentrasi Pecah
Hari Kartini, Menlu Retno Marsudi: Keluarga adalah Inti Karier