TEMPO.CO, Jakarta -“Kami baru buka sebentar lagi, tapi boleh pilih filmnya dulu,” ujar seorang pria yang sedang berjaga di Subtitles, tempat menonton alternatif yang juga memiliki kafe di dalamnya. Kami lalu melihat-lihat koleksi film yang disimpan di sebuah lemari besar berkaca. Cara memilih filmnya adalah dengan menekan tuas untuk mengatrol deretan rak. Krek..krek…krek… bunyi katrol dan rantai bergesek.
Suaranya sedikit mengganggu, tapi memberi sensasi seru sembari memilih film yang jumlahnya ribuan judul tersebut. Supaya gampang, sebelum datang ke Subtitles sebaiknya pengunjung sudah tahu mau menonton film apa. Bisa juga menelepon terlebih dulu untuk memastikan ketersediaan film, sekaligus memesan ruangan.
Kalau beruntung, pengunjung bisa langsung menonton tanpa memesan film dan tempat sebelumnya. Seperti saat kami berkunjung ke sana pada Rabu lalu, 19/4, bertepatan dengan pencoblosan pilkada putaran kedua. Sembari memilih film, kami melempar pandang ke rak yang menyimpan deretan boneka serta suvenir tokoh-tokoh film.
Bioskop mini dan kafe ini terletak di lantai dasar Dharmawangsa Square, Jakarta Selatan. Berdiri sejak 2005, Subtitles mulanya hanya sebuah toko penyewaan DVD film-film non-Hollywood. Tempat ini sudah dikenal sebagai surganya penyewaan film-film Eropa dan beberapa negara lainnya, termasuk film independen. Tapi perlahan, film Hollywood pun tersedia. “Film Hollywood sekitar 40 persen,” tutur Inna Rasad, Direktur Pelaksana Subtitles.
Proses transformasi Subtitles menjadi kafe-bioskop terjadi bertahap. Dari tempat penyewaan, beranjak menyediakan sebuah ruang menonton yang bisa dipakai gratis. Penonton cukup membayar sewa film. Lalu perlahan, enam studio kecil berkapasitas delapan orang dibuat. Kali ini ada biaya sewa, yaitu Rp 175 ribu per film di hari Senin-Jumat, dan Rp 230 ribu untuk akhir pekan. Ruangannya nyaman dengan sistem suara dan penerangan yang bisa diatur.
Selanjutnya: Demi film yang tak tayang di bioskop biasa