TEMPO.CO, Jakarta -Korea Utara telah dijerat berbagai sanksi atau hukuman oleh dunia internasional setelah meluncurkan uji coba sejumlah rudal balistik dan nuklir. Bahkan Korea Selatan menutup kawasan zona industri Kaesong, satu-satunya zona yang mempertemukan dua negara yang terbelah setelah Perang Korea usai.
Dunia internasional berharap sanksi dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun sanksi sepihak Amerika Serikat, Korea Selatan, Cina, dan Jepang akan membuat Korea Utara tak lagi memiliki dana untuk meneruskan percobaan senjata pemusnah massal itu.
Baca juga: Cara Korea Utara Kumpul Uang- Raup Miliaran dari Polandia, Malta
Ternyata Korea Utara terus melanjutkan program nuklirnya di tengah hantaman berbagai sanksi politik maupun sanksi ekonomi.
Lalu, bagaimana Korea Utara mengumpulkan uang asing untuk dapat melanjutkan roda perekonomiannya yang diduga diprioritaskan untuk membangun program senjata nuklirnya?
Laporan investigasi Radio Free Asia (RFA) mengungkapkan modus Korea Utara mengumpulkan mata uang asing dengan mengerahkan rakyatnya bekerja ke luar negeri dan pulang membawa uang asing. Selain itu, beberapa media memberitakan tentang jaringan bisnis Korea Utara di negara lain seperti Malaysia. Berikut laporannya.
Baca juga: Cara Korea Utara Kumpul Uang- Dirikan 12 Klinik Medis di Tanzania
Kuwait
Pekerja yang dikirim rezim Korea Utara untuk mengumpulkan mata uang asing di luar negeri ternyata juga melakukan kegiatan ilegal demi mengumpulkan uang untuk diserahkan kepada Kim Jong-un seperti terjadi di Kuwait.
Sebuah laporan dari Kuwait menyebutkan untuk memastikan bahwa mereka memperoleh cukup uang untuk rezim Kim Jong-un, orang Korea Utara di Kuwait menyuling minuman keras di dapur apartemen mereka.
Meskipun itu adalah praktik ilegal di negara muslim, para pekerja itu tetap membuat sadiqi dalam bahasa Arab yang berarti 'teman saya'. Sadiqi disuling dari nasi dan memiliki rasa yang mirip dengan minuman keras Korea yang dikenal dengan nama Soju. Minuman ini mengandung 40 persen alkohol dan biasanya dicampur dengan air atau bir non-alkohol.
Baca juga: Semenanjung Korea Memanas, Bercermin dari Sejarah Perang Korea
Minuman keras tersebut menjadi bisnis sampingan yang menguntungkan. Satu botol ukuran 1,5 liter biasa dijual dengan harga hingga US$ 33 atau setara Rp 439 ribu.
Pada 8 Desember, tiga pekerja Korea Utara ditangkap atas tuduhan mendistribusikan minuman keras ilegal di wilayah Mubarak Al-Kabeer di Kuwait, hanya dua bulan setelah 22 pekerja Korea Utara ditangkap dengan tuduhan yang sama di kota Jleeb Al-Shuyoukh.
Selain meracik minuman keras, warga Korea Utara terlibat beberapa kasus pencurian bahan bangunan dari lokasi konstruksi untuk dijualkan kembali. Pada Juli 2015, sembilan pekerja Korea Utara dijatuhi hukuman masing-masing lima tahun penjara karena mencuri peralatan listrik dari lokasi bangunan.
Menurut sumber, banyak pekerja telah menyatakan frustrasi terkait eksploitasi pejabat sehingga memaksa mereka untuk melakukan kegiatan ilegal guna memenuhi persyaratan yang menghasilkan mata uang asing untuk rezim Korea Utara.
RADIO FREE ASIA|YON DEMA