TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan orang memadati Balai Kota DKI Jakarta, pada Rabu pagi, 26 April 2017. Mereka memenuhi pendopo dan halaman depan kantor Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Beberapa pengunjung tampak memakai baju kotak-kotak, seragam kampanye Ahok-Djarot saat mengikuti pilkada. Mereka membawa bunga dan terus bernyanyi lagu "Maju Tak Gentar". Tak jarang pula mereka menyerukan nama Ahok berkali-kali. Di antara orang-orang yang bersemangat bernyanyi dan berseru, Nurlita, justru menangis.
Lihat juga: Dalam Pledoi Ahok Ibaratkan Dirinya Ikan Nemo, Hakim Menegur
Perempuan 53 tahun itu membawa sekuntum mawar merah muda. Ia tak henti menitikan air mata. Bahkan mata dan hidungnya sampai memerah. Ia mengaku sudah sepekan ini terus menangis. "Saya terharu," kata warga BSD, Tangerang Selatan ini.
Nurlita tiba di Balai Kota sejak pukul 06.30 WIB. Ia rela bangun dinihari dan berangkat pukul 5 pagi dengan kereta rel listrik, untuk menemui idolanya, Ahok. "Saya pengen lihat sejarah. Ahok kan satu dari sejuta. Sejuta orang tidak ada yang seperti dia," katanya.
Sebagai fans Ahok, Nurlita tak mempermasalahkan hasil Pilkada DKI yang dimenangkan Anies Baswedan. Ia meyakini Tuhan akan memiliki rencana lain untuk Ahok. "Enggak apa-apa, namanya hidup tidak bisa nentuin. Tuhan mungkin punya rencana lain, saya tidak tahu," ujarnya.
Baca: Hari Kartini, Istri Ahok Pamer Batik Karya Ibu-ibu Rusun
Nurlita tak sendirian, temannya bernama Dini juga ikut menangis. Wanita 50 tahun asal Plumpang, Jakarta Utara itu datang ke Balai Kota untuk menyampaikan dukungan dan kecintaannya pada Ahok. "Dia galak, tapi kerjanya bersih, bagus, apa yang dia kasih di luar dugaan," kata Dini sambil terisak.
Simak: Ahok Tak Dapat Penghargaan, Ini Penjelasan Tempo
Menurut Dini, kepemimpinan Ahok telah membawa banyak perubahan yang lebih baik untuk warga Jakarta. Ia mencontohkan layanan TransJakarta saat ini. Saat kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo, Dini menilai banyak bus TransJakarta yang tidak layak. Menurut dia, pemerintah saat itu tidak memikirkan warganya karena tega membiarkan penumpang mengantre dan tidak mendapat kepastian bus datang.
"Ternyata Pak Ahok kasih lebih dari itu. Bis bagus. Sekarang bisa diakses Google Maps dan ada layar estimasi. Buat saya beyond expectations. Belum lagi Kalijodo. Enggak habis pikir kok bisa dia menggusur kawasan prostitusi menjadi itu. Pasti gila banget perjuangannya," kata dia.
FRISKI RIANA