TEMPO.CO, Palangka Raya - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan ada dua aliran yang berkembang dalam pendidikan di perguruan tinggi. Pertama adalah aliran yang mendidik skill. Ini biasa dijumpai di perguruan tinggi di Eropa, Jepang, Korea. Kedua adalah aliran liberal art yang mendorong siswa dalam kemampuan berinovasi.
"Aliran ini dijumpai dalam sistem pendidikan di Amerika Serikat," kata Kalla saat membuka rapat kerja nasional Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS PTIS), Rabu, 26 April 2017 di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Baca juga: Jusuf Kalla Sebut 2 Alasan Pemindahan Ibu Kota Tidak Gampang
Kalla mengatakan, perguruan tinggi di Indonesia harus juga menghasilkan nilai-nilai seperti itu, yakni kualitas perguruan tinggi yang dapat menciptakan keduanya, yakni skill dan inovasi, atau salah satu.
Kalla mendorong perguruan tinggi terus meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan harus diarahkan pada kebutuhan masa depan, bukan berorientasi masa lalu. "Apabila kita tidak melihat ke depan, kita hanya menjadi konsumer ilmu saja, bukan produsen ilmu," kata Kalla.
Kalla mengatakan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu cepat. Perguruan tinggi harus bisa mengikuti perkembangan ilmu, sebab jika tidak maka mereka akan tertinggal. Kalangan perguruan tinggi tidak boleh lagi membanggakan kejayaan penguasaan ilmu di masa lalu.
Selama ini, kata Kalla, ada pihak yang kerap mengagungkan kehebatan masa lalu. Misalnya saat berbicara tentang kehebatan Ibnu Sinna dalam penguasaan ilmu kedokteran, Al-khawarizmi dalam matematika, ataupun Al-Ghazali dalam filsafat. Kalla menegaskan pembanggaan masa lalu tidak ada artinya. "Tapi yang penting adalah kita menciptakan kehebatan sendiri," kata Kalla.
Ketua Umum BKS PTIS, Masrurah Mokhtar mengatakan rakernas yang berlangsung pada 25-27 April 2017 ini bertujuan memperkuat persatuan dan kesatuan PTIS se-Indonesia. "Dalam komitmen bersama guna merumuskan langkah-langkah strategis menuju perguruan tinggi Islam berstandar internasional," kata Masrurah.
AMIRULLAH SUHADA