TEMPO.CO, Jakarta - Puing-puing rumah di bekas Kampung Akuarium, Jalan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, masih terlihat jelas. Penggusuran yang dilakukan aparat pemerintah atas perintah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada 11 April 2016 menyimpan rasa getir mendalam bagi warga.
Sebuah panggung berdiri di antara puluhan bangunan semipermanen di kawasan bekas kampung warga. Di dinding panggung setinggi lutut itu masih melekat baliho berukuran 2 x 5 meter. "Peringatan Satu Tahun Penggusuran Paksa" menjadi judul besar kegiatan yang pernah dilaksanakan warga.
Baca: Ahok Akan Gusur Pasar Ikan, Hilmar: Kampung Adalah Ruang Hidup
Tempo mendatangi kumpulan warga yang lagi bersantai di salah sisi panggung berukuran 3 × 5 meter. Wawancara dengan Topas, warga RT 001 RW 04, dilakukan di atas pendopo tersebut.
Topas merupakan anggota tim sepuluh yang dibentuk warga pasca-penggusuran. Tim sepuluh ini yang mengagas pengiriman karangan bunga kepada Ahok ke Balai Kota. "Isinya terima kasih telah melanggar janji untuk tidak menggusur kami," ujar Topas kepada Tempo, 29 April 2017.
Di tengah wawancara, beberapa warga mulai berkumpul. Anak-anak hingga orang tua membawa gulungan benang dan layangan. Topas sempat menghentikan seorang warga yang tengah menerbangkan layang-layang.
“Pak Dul, ini ada wartawan mau tanya soal karangan bunga untuk Ahok?" kata Topas kepada Abdullah. “Begitulah kalau dapat doa dari orang yang ditindas, pasti kalah," ujar Abdullah, 50 tahun, yang tetap berfokus memegang benang layangan.
Baca juga: Ahok Akan Gusur Pasar Ikan, Anies: Tahan Dulu
Topas menjelaskan, layang-layang merupakan salah satu hiburan warga di Kampung Akuarium pasca-penggusuran. Warga, ujar Topas, tidak punya hiburan yang beragam, karena sejak penggusuran, tidak ada lagi listrik untuk menghidupkan alat elektronik. "Bapak-bapak juga terpaksa main layang-layang," ujar Topas.
IRSYAN HASYIM