TEMPO.CO, Jakarta - Seniman patung Nyoman Nuarta, 65 tahun, berempati kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pasca-kekalahan pada putaran kedua Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta. Nuarta yang bermukim di Bandung itu berharap sisa masa jabatan Ahok bisa diselesaikan dengan baik. “Ahok di mata saya, itu orang yang sangat jarang ada,” katanya, Ahad, 30 April 2017.
Nuarta menyayangkan kekalahan Ahok yang dikenalnya sebagai sosok anti korupsi. “Pekerjaannya luar biasa, kok kita buang,” ujarnya. Namun dalam demokrasi, kata seniman kelahiran Tabanan, Bali, 14 November 1951 itu, kemenangan pemilihan ditentukan oleh suara mayoritas.
Baca: Cerita Pematung Nyoman Nuarta Kirim Karangan Bunga untuk Ahok
Soal pekerjaan baru selesai menjabat Gubernur DKI Jakarta, Nuarta menilai Ahok masih muda dan banyak yang bisa dikerjakan. Meskipun begitu, karir Ahok dinilainya punya kendala. “Hambatannya itu soal etnik dan agama, jadi sulit mau hidup bahagia juga dengan keluarga. Disudutkan dengan SARA itu susah,” katanya.
Nuarta punya pengalaman seperti itu dan merasakannya dengan keluarganya terkait isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Ia berharap isu intoleransi di Indonesia tidak terus berkembang dan memburuk hingga bangsa ini penuh dengan ketakutan.
Baca: Presiden PKS: Kemenangan Pilkada DKI Mewakili Rakyat Tertindas
Isu SARA yang pernah menerpanya terjadi pada 2010. Karya patung Tiga Mojang buatannya yang dipasang pengembang perumahan di Bekasi, dirobohkan lalu dipotong-potong oleh pihak penentang. “Sebagai minoritas, begitulah keadaannya,” ujar Nuarta. Beberapa potongan patung berbahan kuningan dan tembaga itu kemudian dipasang di arena Pasar Seni ITB 2010.
ANWAR SISWADI